Dasar yang Teguh

"Yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru" (Efesus 2:20). 

Bangunan yang tinggi dan kukuh memerlukan dasar yang kuat. Semakin besar bangunan, harus semakin luas dasarnya. Dasar yang tidak memadai untuk bangunan yang mereka topang merupakan pemicu dari banyak masalah struktural dan kadang-kadang menjadi masalah yang berbeda untuk kehidupan dan anggota tubuh.

Gereja; bait suci Allah yang hidup, ditakdirkan untuk bertumbuh dari permulaan yang kecil di ruang atas hingga hadir secara universal seperti yang sekarang ini, diberi dasar yang kehadirannya tidak kurang penting dan otentik dari Tuhan itu sendiri. Kepemimpinan yang setia dari gereja mula-mula, para pria dan wanita dari zaman Perjanjian Baru yang pada zaman yang dibutakan oleh takhyul, di mana penyembahan berhala merajalela, dan dilindas oleh penganiayaan, tetap menghidupkan dengan berani kebenaran yang Dia serahkan kepada mereka yang dibangun di atas permulaan itu.

Bahkan sebelum permulaan Kekristenan kita, para nabi Yahudi yang mendesak orang Israel dan Yehuda untuk bertobat, yang memperingatkan raja-raja mereka dan yang menuntun pasukan mereka, dan yang menemukan kembali tradisi kuno yang dilaksanakan secara heroik demi untuk kebenaran. Mengenai hal ini Ibrani menyatakan: “Dunia ini tidak layak bagi mereka.... Mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik” (Ibr. 11:38-40).

Dengan kata lain, terlepas dari kesaksian sejati dari pendahulu kita yang luhur dalam pekerjaan Injil, kita diuntungkan. “Kita yang hidup, yang masih tinggal” (1 Tes. 4:17), sekarang mengalami peristiwa ini. Jika kita setia, kita akan menikmati puncak yang mereka rindukan—kedatangan Tuhan kita yang kedua kali.

Kebutuhan kita adalah untuk tetap setia kepada misi yang mereka wariskan kepada kita; untuk menjalankan dengan kesabaran perlombaan yang mereka selesaikan dengan pengharapan yang setia. Pengharapan terkuat kita adalah bahwa suatu hari nanti kita akan bergabung bersama mereka; sebagian dari kita dihidupkan kembali oleh kebangkitan, dan yang lainnya diangkat dalam perwujudan kemuliaan yang kekal. Kita akan melakukannya, tidak dalam konstruksi duniawi, di rumah tinggal kita sekarang, tetapi oleh kasih karunia Allah yang berkemurahan, di bait suci kemuliaan di atas.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan