KUASA KEBANGKITAN
“Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya” (1 Korintus 15:5-8).
Paulus memiliki beban tentang topik kebangkitan. Begitu besar bebannya sehingga dia mencurahkan pembahasannya yang mungkin paling luas tentang satu topik tunggal pada kebangkitan Kristus dan artinya bagi kehidupan kita. Ada 58 ayat dalam 1 Korintus 15 adalah penjelajahannya tentang kebangkitan.
Tapi Paulus tak sendirian dalam hal ini. Semua Injil, kitab Kisah, Wahyu, dan kitab lainnya di Perjanjian Baru, menyoroti fakta bahwa “Dia sudah bangkit!”
Mengapa? Karena tanpa fakta pokok itu tidak ada yang kita percaya tetapi hanya sekadar seorang “pria baik-baik” yang memiliki beberapa hal untuk dia katakan sewaktu Dia hidup, tetapi sekarang sudah mati dan tak berdaya. Itu bisa saja menjadi pondasi yang lumayan bagi sebuah aliran falsafah, tetapi tidak bagi Kekristenan, suatu keyakinan yang teguh berdiri di dalam kenyataan bahwa Kristus hidup dan suatu kekuatan di dalam setiap kehidupan umat percaya. Karena Dia hidup, kita sebagai para pengikut-Nya mempunyai harapan di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Tetapi dunia Yunani di mana Kekristenan dilahirkan, meragukan kebangkitan tubuh dan bahkan nilai tubuh itu sendiri. Jadi kita menemukan betapa para penulis Perjanjian Baru dengan semampu mereka menghabiskan waktu untuk memperlihatkan bahwa Kristus bukan saja sudah bangkit, namun Dia melakukan itu secara fisik yang dapat dilihat dan sentuh, tubuh yang bahkan dapat makan ikan. Dia bukan hantu atau roh tanpa tubuh, tetapi Tuhan Yesus yang sudah bangkit yang muncul di hadapan ratusan saksi, bahkan bagi beberapa di antara mereka yang meragukannya.
Paulus sendiri dulunya salah seorang yang meragukan itu. Bagi Paulus sebelum menjadi Kristen, kebangkitan Yesus adalah sekadar satu lagi takhayul yang direkayasa para murid. Tanggapannya terhadap “mitos” itu adalah mematikannya di dalam gelombang penganiayaan. Dan dia berbuat demikian sampai dia sendiri berjumpa Kristus yang sudah bangkit, pada jalan menuju Damsyik.
Setelah realita kebangkitan ini menjadi pokok kehidupannya, Paulus menyerahkan hidupnya kepada arah dan kuasa Tuhannya yang sudah dibangkitkan. Dan Yesus menggunakan dia dengan kuasa yang hebat.
Tuhan yang sama yang sudah dibangkitkan itu akan mengisi kehidupan kita masing-masing dan memenuhinya dengan pengharapan, kekuatan, dan tujuan. Pertanyaan satu-satunya adalah apakah kita akan memperkenankan-Nya.
Tuhan, saya berterima kasih kepada-Mu untuk kemungkinan kuasa kebangkitan. Saya menerimanya hari ini agar kehidupan saya diarahkan dan dipenuhi kuasa dari-Mu.