AKHIR YANG ADALAH AWAL
“Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:16-20).
Alinea penutup Injil Matius menceritakan Yesus yang sudah dibangkitkan berjumpa para murid-Nya, dan ternyata lebih 500 orang yang melihat-Nya dalam keadaan sudah dibangkitkan sebelum Dia naik ke surga. Perjumpaan itu dimulai dalam penyembahan dan berakhir dalam peribadatan.
Kita harus mencatat beberapa hal mengenai ayat 16-20. Yang pertama, mereka yang hadir menyembah Yesus, tetapi beberapa meragukan. Dengan Tomas yang ragu akhirnya menerima kebangkitan Yesus, maka kesebelas murid itu termasuk di antara mereka yang menyembah. Para peragu dari antara mereka yang kira-kira 500 orang yang menjadi saksi bagi kebangkitan yang tidak melihat Dia sampai saat itu. Tetapi kenyataannya para murid dan orang-orang lain menyembah Yesus. Bagi orang Yahudi, melakukan hal itu berarti mereka menerima sepenuhnya Keilahian-Nya sama seperti Bapa.
Kedua, Yesus menerima “segala kuasa di sorga dan di bumi.” Kuasa adalah suatu hal utama dalam seluruh kisah Injil, dan kekuasaan dunia adalah masalah di dalam pencobaan ketiga ketika Setan menawarkan kepada Yesus “semua kerajaan dunia.” Tetapi Yesus memilih jalan menuju salib. Dan karena kemenangan-Nya atas kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya, maka Dia mempunyai “segala kuasa” bagi “semua bangsa” selama-lamanya. Yesus sesungguhnya Tuhan.
Ketiga, Yesus mendelegasikan kuasa-Nya kepada para pengikut-Nya untuk tujuan yang jelas, demi memungkinkan mereka pergi ke seluruh dunia menjadikan bangsa-bangsa murid-murid dan membaptis mereka dalam “nama” Trinitas (nama dalam bentuk tunggal menunjukkan bahwa ketiga Pribadi dari Keallahan bersatu). Bagian tugas mereka bukan saja untuk mengajarkan pesan Yesus sepenuhnya, tetapi juga untuk memelihara ajaran-ajaran-Nya. Ketaatan kepada Yesus tidak pernah suatu pilihan. Kekristenan bukan sekadar suatu perubahan keyakinan, tetapi sebuah transformasi dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya. Keempat, Yesus akan berada bersama gereja-Nya sampai di akhir zaman. Dia selanjutnya menjadi “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23) selama waktu masih ada.
Sehubungan tugas Injil, kita sudah tiba di akhir kisah Yesus dalam Matius. Tetapi akhir ini sesungguhnya adalah awal. Ajaran-ajaran dalam ayat ini nantinya akan mendorong para pengikut Yesus untuk membawa pekabaran-Nya sampai ke ujung bumi. Itu sebuah misi di dalam mana kita para murid abad kedua puluh satu masih turut mengambil bagian. Kekristenan bisa saja berawal dengan penyembahan, tetapi selalu berakhir dalam peribadatan.