KUNCI KEPADA KUASA RASULI
“Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: ‘Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati—bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan-yaitu kamu sendiri—namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah 4:8-12).
Apakah ini Petrus yang sama yang beberapa minggu sebelumnya gemetar ketakutan dan bersembunyi, khawatir dia dituduh pengikut Yesus? Apakah ini pribadi yang sama yang bersumpah dan mengumpat bahwa dia tidak mengenal Yesus dan dia bukan murid-Nya?
Ya dan tidak. Ya, karena dia memiliki tubuh dan nama yang sama. Tetapi tidak karena Petrus pengecut itu telah diubah sedemikian rupa, sekarang dia tanpa rasa takut berbicara dengan Sanhedrin, dewan rakyat Yahudi yang memerintah, kelompok sama yang telah menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus.
Kisah 4 selanjutnya katakan bahwa para penguasa Yahudi itu “ketika... melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus” (ayat 13). Karena tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan terhadap para rasul yang berbuat masalah itu, para pemimpin Yahudi memerintahkan mereka, “supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: ‘Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar’” (ayat 18-20).
Kemudian, setelah yang berwenang memenjarakan mereka karena iman mereka, Petrus dan rekan-rekannya yang telah diubah itu, secara ajaib dibebaskan, ditemukan “ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak” secara terang-terangan (Kis. 5:17-25). Ketika dihadapkan lagi di depan Sanhedrin, “Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah... menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan.... Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu” (ayat 29-32).
Mengkhotbahkan kebangkitan Kristus memberi kepastian pokok dalam pekabaran para rasul. Mereka tak lagi ketakutan karena mereka sekarang melayani Tuhan yang sudah bangkit yang memegang kunci maut dan kubur. Orang-orang yang berkuasa bahkan tidak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka. Setelah melihat Dia yang sudah bangkit itu, mereka mengetahui apa yang mereka bicarakan. Dan tidak ada seorang pun dapat menutup mulut mereka.
Demikianlah kuasa mengubah iman oleh kebangkitan Yesus.