Perjanjian Penciptaan

"Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia:‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati'" (Kejadian 2:16,17).


Tuhan tidak menciptakan manusia Berdosa, Dia menciptakan makhluk menurut gambar-Nya sendiri yang kehilangan status mereka karena ketidaktaatan. Dia juga tidak menciptakan penyakit atau kematian atau menciptakan planet yang penuh polusi di mana kita hidup sekarang. Semua itu adalah akibat memburuknya kesempurnaan yang Dia bangun di Taman Eden; konsekuensi dari perjanjian kehidupan yang rusak—kesuraman yang kita tidak bisa pahami sepenuhnya, mencoba memahaminya atau menjelaskannya (dosa) secara  logis akan menciptakan dalih untuk itu.

Pengaturan perjanjian itu sederhana dan mudah. Allah akan memberikan kesempurnaan Eden, orangtua pertama kita menunjukkan ketaatan penuh kasih, dan dalam hubungan penuh sukacita, manusia akan bersukaria dan surga bersukacita.

Dan itu berhasil! Kita tidak begitu yakin berapa hari atau minggu atau tahun, tetapi itu terjadi sampai Hawa secara naif menyimpang dari sisi Adam dan Adam secara sadar menyerah kepada godaan; perjanjian Eden menghasilkan buahnya.

Sementara perjanjian penciptaan yang dibatalkan oleh dosa tidak lagi mengikat, prinsip-prinsipnya masih ada. Tuhan masih suka dalam hubungan saling percaya dengan makhluk ciptaan-Nya dan makhluk ciptaan-Nya masih dijanjikan kehidupan abadi apabila mereka setia kepada kehendak-Nya. Hidup di "Eden yang dipulihkan" tidak lagi kurang mulia dan menarik daripada hidup di "Eden yang hilang." Seperti kepada orangtua pertama kita, adalah cara kita menggunakan Kuasa memilih yang menentukan kewargaan kita di sana; pilihan kita merupakan suara keputusan. Keabadian masih menjadi pilihan bagi umat manusia. 

Meskipun keabadian didahului dengan tidur kematian, hal itu tidak mengurangi kenyataan. Kematian dan kebangkitan Yesus adalah bentuk dasar dari janji bagi mereka yang akan dibangkitkan dari kegelapan kubur untuk memperoleh sukacita abadi. Firman-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh. 11:25), hanyalah pernyataan ulang janji yang sebenarnya untuk makhluk seperti kita dan jaminan mulia yang membawa pengharapan setiap hari untuk keberadaan manusia yang sebenarnya tidak berpengharapan.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan