SATU JALUR, SATU KEHIDUPAN, SATU GENERASI
Ia harus makin
besar, tetapi aku harus makin kecil, (Yohanes 3:30).
Dan apakah satu jalur yang menuntun
satu kehidupan dari satu generasi itu di akhir zaman – generasi yang
menyeberang itu yang menolak untuk meminum apa yang di sebut C.S. Lewis “racun
manis kekal yang palsu,”dan menerima panggilan Allah sebagai gantinya menuju
kesucian tak lazim yang radikal?
Renungkan perkataan tercatat yang
terakhir dari sahabat Allah itu sebelum ia ditahan oleh seorang raja yang
merasa bersalah, dipenjarakan dalam benteng yang sunyi, dan kemudian pada malam
berbintang dipenggal kepalanya atas perintah seorang ratu jahat yang dendam.
Karena melalui kata-kata terakhirnyalah maka generasi Yohanes Pembaptis den
generasi Yesus bersatu dalam ikatan bersama. “Ia harus makin besar, tetapi aku
harus makin kecil,” “Kristus harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Mungkinkah ada keinginan lebih mulia
bagi generasi yang hidup di tepi zaman? Sebagaimana diungkapkan seorang
penulis: “Bolehkah saya melihat Kristus sepuluh kali, oh Allah, untuk setiap
pandangan saya.” The Desire of Ages menggambarkan
paradox itu: “Memandang dalam iman, kepada sang penebus, Yohanes telah bangkit
pada titik penyangkalan diri (penolakan diri)… jiwa sang nabi, mengosongkan
dirinya sendiri, dipenuhi dengan terang Ilahi” (hlm. 179, 180). Besarnya
paradox dari penyangkalan diri – tidak heran Ayub sendiri bisa berkata, “Oleh
sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan
abu” (Ayb. 42:6).
“Ia harus makin besar, tetapi aku
harus makin kecil.” Karena begitulah 144.000 orang memilih untuk hidup. Mereka
“mengikuti Anak Domba itu kemana saja Ia pergi” (Why. 14:4). Mereka hidup
dengan paham Yohanes, karena tidak ada cara lain untuk dibersihkan pada jiwa
mereka. “Kristus harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Theodore Monod menggubah satu lagu
yang menyanyikan doa Yohanes: “Oh rasa
sakit dan kesedihan yang pahit, yang bisa dilihat oleh zaman, ketika aku dengan
bangga berkata kepada Yesus, ‘Semua tentang diriku dan tidak ada sesuatu
tentang Engkau’,, namun Ia menemukan aku; aku memandang Dia berdarah di atas
kayu terkutuk itu; dan hatiku yang rindu berkata dengan lemah, ‘Beberapa
tentang diriku dan beberapa tentang Engkau,, Hari demi hari kemurahan,
penyembuhan, pertolongan-Nya, penuh dan cuma-cuma, membawaku lebih rendah,
sambil aku berbisik, ‘Semakin kecil tentang diriku dan semakin besar tentang
Engkau.,, Lebih tinggi dari pada langit tertinggi, lebih dalam dari pada lautan
terdalam, Tuhan, kasih-Mu akhirnya telah menang, “Tidak ada tentang aku dan
semua tentang Engkau”.
(Christ in Song, No. 218).