PRINSIP INTI KERAJAAN KRISTUS

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 7:12).

Saya tidak menyukai ayat hari ini karena ayat itu mengganggu cara saya menjalani kehidupan saya. Dan itu menjengkelkan.

Di balik ketidaksukaan kita terhadap kaidah emas adalah juga ketidaksukaan kita terhadap hukum Allah, yang dengan jelas menyatakan bagaimana kasih kita kepada Allah dan kepada sesama sebagai cara kita menjalani kehidupan secara benar. Dan di balik rasa tidak senang kita terhadap hukum, itu merupakan suatu keengganan terhadap Allah yang memberi hukum itu. Mengapa Dia tidak mengurus urusan-Nya sendiri dan membiarkan kita melakukan apa yang kita suka lakukan?

Pertanyaan itu membawa kita kepada akar sesungguhnya masalah ini. Alasan kita tidak menyukai kaidah emas dan hukum, dan bahkan Allah, adalah karena hal itu mengganggu bergulirnya kehidupan alami pribadi kita, kehidupan kita yang penuh dosa di luar Kristus. Kita jangan pernah melupakan bahwa mengasihi diri sendiri adalah inti dosa. Sifat penuh dosa seluruhnya berpusat pada diri sendiri, sedangkan kaidah emas dan hukum Allah berpusat kepada orang lain. Hal-hal tersebut mengganggu kehidupan kita yang berpusat pada diri sendiri. Dan hal itu menyebabkan permusuhan dengan kaidah emas, hukum dan peraturan.

Kehidupan yang hanya berpusat pada diri sendiri mengatakan jika Anda menyukai sesuatu, ambil saja; jika Anda mengingini istri atau suami orang lain, pakai saja; jika hal itu memenuhi kehendak Anda, berdustalah untuk mendapatkan yang Anda kehendaki. Itulah yang hendak Yesus akhiri. Dia ingin mengubah hati dan pikiran kita agar kita bisa berada dalam hubungan yang serasi dengan Allah, hukum-Nya, dan peraturan-Nya. Dia berusaha menuliskan prinsip-prinsip kerajaan-Nya di atas hati kita. Dengan demikian, kita akan menyukai kaidah emas pada Matius 7:12.

Dengan peraturan itu, tuntutannya untuk mengasihi orang lain, itulah "isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi,” dan Khotbah di Atas Bukit kembali sepenuhnya pada Matius 5:17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Matius 5:17 dan 7:12 menyoroti hukum dan para nabi. Teks-teks tersebut menggolongkan inti utama khotbah pengukuhan Kristus. Sebagai akibatnya, kita harus memandang kaidah emas sebagai suatu rincian interpretasi Kristus mengenai arti hukum dan para nabi (Perjanjian Lama), di mana Matius 5:21-7:11 merupakan penjabaran atau pemenuhan beberapa prinsip yang termaktub di dalam rincian satu ayat tersebut.

Baik dalam rincian maupun dalam komentar, kita menemukan bahwa hukum Allah adalah cara menjalankan kehidupan dan cara berpikir, bukan merupakan daftar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan