SIFAT KARAKTER SEMPURNA
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”(Matius 5:48).
"Karena itu” adalah kata-kata kunci dalam ayat 48. Ini secara tidak langsung menunjukkan suatu keputusan terhadap yang telah terjadi sebelumnya.
Ayat ini, dengan panggilannya untuk kesempurnaan seperti Allah, perlu dihubungkan dengan konteks ayat 20 dan seterusnya, tetapi paling terutama ayat 43 sampai 47, sebagaimana suatu perbandingan dari ayat 45 dengan ayat 48 dengan jelas perlihatkan. Itu adalah ayat satu-satunya dalam seantero pasal yang menyerukan umat Kristen agar serupa dengan Bapa mereka di surga. Ayat 43 sampai 47 menegaskan pokok keserupaan itu.
Yesus tidak menyuguhkan hal-hal yang abstrak di sini. Sama seperti Bapa mengasihi musuh-musuh kita, seperti juga Allah mengasihi musuh-musuh-Nya. Bagaimanapun, bukankah Dia menyediakan sinar matahari dan hujan bagi orang-orang jahat (ayat 45). Siapa saja, bahkan para pemungut cukai dan jenis-jenis lain yang menjijikan, dapat mengasihi teman-teman mereka (ayat-46,47). Tetapi Allah menuntut kasih anak-anak-Nya yang supraalami bagi semua orang. Sebagaimana Bapa sedemikian rupa mengasihi dunia ini sehingga Dia memberikan Putra-Nya mati bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah dan musuh-musuh-Nya, maka begitu juga umat Kristen harus mengasihi bahkan mereka yang dengan licik memanfaatkan mereka, “karena dengan demikian” mereka dapat menjadi seperti Bapa, “karena dengan demikian” mereka dapat menjadi sempurna, sebagaimana Bapa surgawi mereka sempurna.
Pikiran itu membawa kita kepada kata “sempurna” di dalam Matius 5:48. Diterjemahkan dari bahasa Yunani teleios, sama sekali tidak ada sangkut paut dengan konsep ketiadaan dosa yang mutlak. Sebaliknya, teleios berarti “kedewasaan,” dan sebagian besar terjemahan memang menerjemahkannya demikian.
Penggunaan Alkitab tentang konsep tersebut, orang adalah teleios (sempurna) apabila mereka sudah dewasa sepenuhnya atau sudah mencapai kematangan sepenuhnya. Dan bagi umat manusia, kedewasaan itu berarti dipulihkan kepada keserupaan dengan Allah sebagaimana mereka diciptakan menurut rupa Bapa di surga. Bagaimanapun, “Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8). Itulah inti kesempurnaan karakter-Nya. Dengan demikian kesempurnaan karakter berpusat pada bertindak di dalam kasih seperti Allah dan bukan berperilaku seperti Iblis.
Pengertian demikian dari ayat 48 berderet dengan paralelnya di dalam Lukas, yang berbunyi: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Luk. 6:36). Hal ini juga serasi dengan kutipan yang tegas dalam Christ's Object Lessons mengenai kesempurnaan yang memancarkan karakter Kristus (hlm. 69). Konteks ini menjelaskan bahwa pancaran demikian berpusat pada satu “roh kasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan memeras keringat bagi orang lain” (hlm, 67,68).
Bapa, bantulah saya hari ini menjadi pribadi yang penuh kasih karena dengan demikian saya dapat menjadi serupa dengan-Mu.
0 komentar :
Post a Comment