Mau dan Mampu

"Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir” (Keluaran 3:10).

Pada semak yang terbakar Allah menangkap perhatian Musa dan menguraikan misinya, dan ketika ia keberatan, Dia meyakinkannya berulang kali akan hadirat dan kuasa-Nya.

Yesus, Musa kita yang lebih baik, tidak membutuhkan dorongan atau desakan tersebut Dia menyerahkan diri-Nya untuk menjadi Penebus kita. Kenyataan tentang adanya keturunan yang terkutuk adalah motivasi yang cukup. Roma 5:7,8 menilai pengorbanan-Nya dengan pujian yang bercahaya, menyatakan: “Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar—tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

Musa menolak keras pemikiran untuk hadir kembali di Mesir. Di sisi lain, Yesus, Allah yang Mahakasih, yang sebelum dasar dunia diletakkan telah berjanji menyerahkan Diri-Nya sebagai Penebus kita, menegaskan kembali komitmen itu segera setelah pelanggaran orangtua kita yang pertama. Peristiwa penting ini bahkan dicatat oleh inspirasi: “Begitu ada dosa, ada juruselamat” (The Seventh-day Adventist Bible Commentary, Ellen G. White Comments, jld. 1, hlm. 1084).

Malaikat suci akan dengan senang hati mengambil tempat-Nya. Tetapi karena hanya Dia yang setara dengan hukum yang bisa membayar harga pelanggaran hukum dan dengan demikian membebaskan kita dari belenggu kematian, hanya Dia yang memberi hukum itu sendiri yang mampu. Hanya usaha penebusan-Nya yang akan diterima oleh Bapa dan secara efektif dipahami oleh alam semesta.

Hal itu bukan karena Yesus hanya memiliki kapasitas sepenuhnya tetapi juga bersedia dengan penuh kasih agar kita diselamatkan. Musa dibuat mampu dalam kesendirian dan dibuat bersedia dengan bujukan. Yesus didapati mampu di tengah pujian kemuliaan yang nyaring dan dibuat bersedia, bukan dengan desakan, tetapi dengan kesadaran akan kebutuhan kita.

Dia masih mau dan mampu—mau mengampuni kita dan mampu, oleh Roh Kudus, untuk menguasai kita. Dan, lebih jauh lagi, Ia sungguh mampu memelihara dalam kedamaian yang sempurna mereka yang pikirannya tinggal di dalam Dia (Yes. 26:3). Dan untuk menjauhkan kita “dari tersandung” (Yud. 24) sementara kita berjalan melalui padang gurun dosa menuju Kanaan perjanjian.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan