Adalah karakter kemanusiaan Kristus, bukan kemampuan Ilahi-Nya, yang dicobai dalam pertemuan-Nya dengan pencela-Nya. Kekuatannya karakter bukanlah karunia. Hal tersebut dipelajari dan diperoleh. Ketika Dia menurut kepada kehendak Bapa-Nya, kapasitas-Nya untuk kemenangan rohani bertumbuh bersamaan dengan kredibilitas-Nya sebagai Anak Domba Allah yang tak bercacat.
Tingkatan perkembangan karakter kita tidak akan pernah sama dengan Yesus, tidak juga akan (sebelum penutupan pintu kasihan) setara dengan kelemahlembutan Musa yang perkasa. Namun demikian, kita perlu dan harus berusaha dengan seluruh kekuatan kita untuk meniru teladan mereka dengan menyadari bahwa dalam pemeriksaan terakhir, bukan ketaatan kita yang menyelamatkan, melainkan kebenaran Kristus yang sempurna, kebenaran Dia tempa dan perkaya di tengah kesunyian di permulaan yang tenang.
0 komentar :
Post a Comment