Metode Kemenangan Yesus

"Tetapi Yesus menjawab:'Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah'"(Matius 4:4).


Yesus tidak memanfaatkan Keilahian-Nya untuk mempertahankan atau melepaskan kemanusiaan-Nya dalam perjuangan yang terus-menerus melawan musuh-Nya, Setan. Dalam bentuk daging yang dikenakan oleh manusia tinggal Seorang yang “berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada” (Mzm: 33:9). Dia tidak membutuhkan bantuan Bapa untuk mengurangi penghuni rumah sakit hingga nol, untuk membuat perusahaan pemakaman gulung tikar, atau, seperti yang terjadi, meninggalkan seluruh desa tanpa penduduk yang sakit Suara yang menenangkan Danau Galilea yang bermasalah adalah suara yang berfirman agar lautan menjadi ada; dan sekiranya Dia tidak menyebutkan Lazarus dengan namanya ketika memanggil dia keluar dari kubur, semua orang mati yang tertidur akan bangkit. Dia tidak pernah menggunakan kekuatan Ilahi yang ada di dalam-Nya untuk menyegarkan diri dari kelelahan-Nya,untuk melarikan diri dari godaan, atau untuk membalas musuh-Nya. Jika Dia melakukannya, Setan akan dibenarkan atas tuduhannya bahwa Dia berhasil dengan keuntungan yang tidak diberikan kepada Adam atau keturunannya.

Yesus menjalani kehidupan di bumi dengan perlengkapan duniawi yang dapat jatuh. Hanya dengan percaya kepada Bapa, dengan mencari Dia dalam doa, dan dengan bergantung kepada janji dan prinsip rohani yang sama yang telah tersedia untuk kitalah Dia menemukan baik keinginan maupun kekuatan untuk bertahan.

Seorang negro tua yang rohani menanyakan, “Jika Yesus harus berdoa bagaimanakah dengan saya?” Dan bagaimana dengan kita? Apakah kita demikian, oleh persekutuan yang tak terputuskan dengan Allah, menemukan kuasa untuk menaklukkan? Apakah kita demikian, seperti yang dianjurkan Kristus agar kita menjadi, cabang yang melekat pada pokok anggur dan menyerap nutrisi dan menghidupkan kehidupan yang saleh?

Hidup kita tidak akan pernah sama dengan Dia dalam kebaikan atau keindahan, tetapi kita bisa, dalam lingkup dan keadaan kita, mencerminkan kekudusan-Nya sementara kita bertumbuh setiap hari menjadi serupa dengan Dia. Ya, kita bisa “bertumbuh dalam kasih karunia” (2 Ptr. 3:18); kita bisa “tidak mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya” (1 Yoh. 2:15); kita dapat menyerahkan semua beban kita kepada-Nya (1 Ptr. 5:7); kita dapat melakukan kehendak Bapa-Nya yang di surga; kita bisa mengambil kuk-Nya atas kita dan menemukan ketenangan (Mat. 11:29); kita bisa percaya dan menurut; kita bisa “mati setiap hari” (1 Kor. 15:31); kita dijaga agar tidak jatuh (Mzm. 56:14); kita bisa “Bersukacita dan bergembira” (Mat 5:12); kita bisa dalam rasa hormat mengasihi satu sama lain (Rm. 12:10); kita dapat “Menanggung segala perkara di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13); setiap hari kita dapat tumbuh menjadi serupa dengan Tuhan kita.

Tetapi jika kita ingin mendekati kehidupan dedikasi dan pelayanan-Nya, kita harus meniru kebiasaan pengabdian dan penyerahan-Nya.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan