Tuhan Beserta Kita
'"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel'—yang berarti: Allah menyertai kita" (Matius 1:23).

Apakah yang akan dilakukan oleh Allah? Ya, mereka akan menyelamatkan manusia. Ya, mereka akan memberikan kepada kita kesempatan kedua. Tetapi bagaimanakah mereka tetap memiliki kasih karunia menyelamatkan manusia dari kematian kedua dan pada saat yang sama tetap setia dengan hukum keadilan yang mengharuskan kehancuran bagi orang-orang berdosa?

Umat manusia membutuhkan Adam yang benar. Tetapi lebih daripada itu, dibutuhkan seorang Juruselamat—seseorang yang mengungkapkan kasih Bapa serta membayar hukuman mati kita. Kita membutuhkan seseorang yang mampu mengampuni dosa-dosa (kapasitas yang dimiliki oleh Ketuhanan bukan manusia) dan pada saat yang sama bisa mati (kapasitas yang dimiliki oleh manusia tetapi bukan Ketuhanan). Dengan kata lain kita tidak hanya membutuhkan seseorang yang setara dengan hukum, tetapi juga rentan terhadap hukumannya.

Ketuhanan, tampaknya, terancam. Tidak ada keberadaan makhluk di semua alam semesta yang memadukan karakteristik ini—tidak seorang pun di surga atau bumi yang memiliki sifat-sifat penting ini untuk keselamatan kita. Setan, dari semua sisi, telah memojokkan Allah ke sudut di mana Dia tidak bisa membuktikan pernyataan-Nya mengenai keseimbangan kasih dan keadilan. Dia kelihatannya berhasil, sehingga tampaknya, memaksa Tuhan untuk sewenang-wenang mengampuni dosa manusia (dan dengan demikian melanggar pernyataan keadilan) atau sewenang-wenang membinasakan manusia (dan melanggar pernyataan-Nya mengenai kasih). Di sana, berbicara secara logika, tidak ada jalan keluar!

Dan selama 4.000 tahun, janji datangnya seorang Penebus tidak terpenuhi. Barisan panjang hewan korban, yang darahnya kepada umat itu diberitahu sebagai lambang Domba yang sesungguhnya, terus berlanjut dari hari ke hari, tahun ke tahun, dekade ke dekade, abad ke abad, dan milenium ke milenium tanpa penggenapan. Apakah janji itu hanya lelucon? Mengapa Allah belum juga membebaskan? Atau, pada kenyataannya, apakah Dia bisa membebaskan? Apakah Tuhan mampu menyediakan makhluk yang karakteristik memenuhi syarat yang tampaknya tidak dapat ditawar lagi bagi penebusan manusia?

Bethlehem menjawab semua pertanyaan itu. Bayi Maria memenuhi syarat secara keseluruhan. Dia sepenuhnya Allah dan pada waktu yang sama sepenuhnya manusia; di dalam Dia yang adalah sepenuhnya manusia “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol. 2:9). Dia adalah Allah yang terbungkus dalam daging manusia, Anak Allah, dan Anak Manusia, dan, dengan perpaduan kemanusiaan dan keilahian, rencana Setan dihentikan, tujuan Allah terbukti benar, dan kita dengan demikian ditebus.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan