Krisis Komunikasi

‘Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yesaya 59:2). 

Allah adalah api yang menghanguskan (Ibr. 12:29). Artinya, moral-Nya begitu murni sehingga Dia memancarkan energi yang bercahaya. Namun di taman permulaan kita Dia berbincang dengan kita “muka dengan muka.” Dia mengadakan percakapan pribadi dengan kita; Dia berhadapan langsung dengan ciptaan-Nya. Karena kita benar-benar murni baik sifat maupun karakter kita, kita tidak membutuhkan seseorang untuk menafsirkan atau menerjemahkan Tuhan bagi kita atau kita bagi Tuhan. Keadaan kita mengizinkan kita untuk bertatap muka, berkomunikasi dari hati ke hati dengan Pencipta kita.

Mengenai keadaan yang mula-mula ini nabi menuliskan, “Elok dan simetris bentuknya, mantap dan indah dalam penampilan, raut wajah mereka berseri-seri dengan warna kesehatan dan sinar sukacita dan pengharapan, mereka menampilkan keserupaan lahiriah dengan khalik mereka” (Membina Pendidikan Sejati, hlm. 15,16). Dan, “Manusia harus menyatakan peta Allah, baik jasmani dan juga dalam tabiat.... Sifatnya selaras dengan kehendak Allah. Pikirannya sanggup memahami perkara-perkara Ilahi. Kasihnya murni, selera dan keinginannya berada di bawah pengendalian pikiran. Ia suci dan berbahagia dalam menyatakan peta Allah dan di dalam penurutan akan kehendak-Nya” (Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 37).

Sebagai konsekuensi dosa, pasangan yang pertama ini mengorbankan kekuasaan mereka dan hak istimewa untuk berhadapan muka dengan Pencipta mereka. Mendekat kepada hadirat-Nya sebagai “api yang menghanguskan” akan mengakibatkan kremasi instan. Adalah karena kemurahan Allah sehingga komunikasi tatap muka kita ditiadakan.

Tetapi kita tidak dibiarkan tanpa pengharapan. Melalui penglihatan nabi yang saleh, melalui kunjungan malaikat, melalui suara Roh Kudus, dan melalui cara yang paling efektif dari semua cara itu, kehadiran Anak yang dikasihi-Nya. kita diselamatkan dari dosa dan dicangkokkan kembali oleh kasih karunia memiliki pengharapan.

Dengan alat apa, kita mungkin bertanya, hubungan kita yang terputus dapat disambung kembali? Hanya melalui Firman Allah. Dengan membacanya kita akan menemukan Dia yang memberikan informasi, inspirasi, dan kekuatan. Dosa-dosa kita telah memisahkan kita dari Dia, tetapi dalam “kemurahan-Nya yang besar” yang dituangkan dalam Firman-Nya kita dikembalikan ke dalam persekutuan yang memberi kehidupan dan kesejahteraan.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan