SAMBUTAN KETIGA TERHADAP YESUS
'"Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: ‘DiBetlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi'" (Matius 2:3-5).
Kemungkinan ada sambutan ketiga terhadap Yesus di dalam episode orang-orang Majus pada Matius 2-yaitu sambutan para pemimpin Yahudi. Matius memberitahu kita bahwa “seluruh Yerusalem” pun “terkejut” oleh kedatangan orang-orang Majus itu dan pernyataan-pernyataan serta pertanyaan-pertanyaan mereka mengenai kelahiram “Raja orang Yahudi.” Para pemimpin Yahudi mengerti pentingnya misi orang-orang Majus itu dan mampu menunjukkan dengan tepat kenyataan yang menurut Mikha 5:2, Mesias akan dilahirkan di Betlehem. Mereka memahami kitab-kitab mereka dan nubuatan-nubuatan Mesianik yang ada di dalamnya. Ketidakacuhan atau kebebalan bukanlah satu-satunya kekurangan mereka.
Dari kisah orang-orang Majus itu, tragedi besar adalah para pemimpin Yahudi rupanya "terkejut” karena ketakutan mereka terhadap apa yang Herodes mungkin akan lakukan, dan bukan karena bersemangat terhadap kedatangan Mesias. Matius menggambarkan tanggapan mereka terhadap Kristus sendiri sebagai sikap yang sama sekali tidak peduli. Mereka tidak berkunjung ke Betlehem, walau jaraknya dari Yerusalem hanyalah delapan mil. Mereka tidak menunjukkan bukti dari ketakutan dan kebencian Herodes; mereka juga tidak memperlihatkan minat dan perhatian seperti yang diperlihatkan orang-orang Majus yang memuja. Mereka semata-mata masa bodoh.
Dengan demikian pada kisah orang-orang Majus, Matius menyuguhkan tiga sambutan terhadap Yesus: Penolakan yang sengit, pemujaan, dan ketidakpedulian. Kemungkinan-kemungkinan itu tidak berhenti pada Matius 2. Sebaliknya, bagaimana menanggapi Yesus menjadi tema dari keseluruhan empat kitab Injil. Suatu pola yang berhubungan adalah bahwa kedatangan Yesus selalu menceraiberaikan orang dan menimbulkan konflik. Dihadapkan dengan kehidupan-Nya, ajaran-ajaran-Nya dan pernyataan-pernyataan-Nya, kita masing-masing menemukan diri kita dipaksa supaya menanggapi dengan (1) pujian dan sambutan, (2) kebencian dan pertentangan, atau (3) ketidakpedulian yang dingin. Salah satu paradoks dari kedatangan Pangeran Damai adalah bahwa pernyataan-pernyataan-Nya tetap secara berlanjut mencerai-beraikan orang ke dalam kategori-kategori ini, sementara pertentangan besar antara Kristus dan Setan bekerja sampai tuntas di dalam kehidupan perorangan di seluruh dunia pada setiap generasi.
Inilah masalah-masalah yang patut kita tanggapi secara serius. Karena, dari pengalaman para pemimpin Yahudi menunjukkan bahwa, keanggotaan gereja atau bahkan kepemimpinan tidak serta merta membuat kita benar terhadap Allah. Dia memberi kita masing-masing kebebasan untuk melakukan apa yang kita inginkan terhadap Dia "Raja orang Yahudi.”
0 komentar :
Post a Comment