YESUS: "ALLAH MENYERTAI KITA"
"Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel' -yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus” (Matius 1:22-25).
Injil pertama menyatakan Yesus sebagai penggenapan paling tepat Yesaya 7:14. Dia Imanuel atau "Allah menyertai kita" (Mat. 1:23). Itulah mungkin pernyataan terbesar di dalam Perjanjian Baru. Dan pengakuan bahwa Yesus adalah sesungguhnya Putra Allah adalah inti masing-masing keempat Injil tersebut.
Matius 1:23 tidak menghadirkan Yesus sebagai sekadar guru yang besar. Bagi Matius, Yesus bukanlah seorang guru atau ahli peramal, ataupun pembawa berita Allah dalam pengertian yang dipercayai umat Islam memandang Muhammad sebagai jurukabar Allah. Kekristenan dibangun di atas pernyataan yang esensial itu. Pernyataan tersebut tidak bisa dibuang tanpa sama sekali meninggalkan iman.
Matius pun tidak menghadirkan Yesus sebagai Allah di atas kita. Perjanjian Lama sering menggambarkan Allah di atas umat manusia. Dialah Allah dari Tempat mahasuci yang tidak bisa didekati. Mulai pasal pertama Perjanjian Baru, kita mulai mendapat pandangan lain, sebuah pengungkap-an yang lebih penuh, dari Allah Perjanjian Lama. Dia bukan lagi Keilahian di atas kita tetapi hadir, melalui Yesus, sebagai "Allah menyertai kita."
Yesus, melalui khotbah, pengajaran, dan tindakan penyembuhan-Nya yang baik itu, menjadi pengungkapan sepenuhnya karakter Allah. "Barang-siapa," Yesus menyatakan, "telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). Dan kitab Ibrani memberitahu kita bahwa Yesus "cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan fir-man-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibr. 1:3). Injil keempat melengkapi gambaran ketika menyatakan bahwa "karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal" (Yoh. 3:16).
Di dalam Anak tunggal itu kita mempunyai "Allah menyertai kita," Putra Daud dan ahli waris takhta Daud dan janji Allah kepada Daud dan Abraham. Kita memiliki Mesias dari Allah, anak yang dilahirkan dari Roh Kudus dan perawan Maria, Satu Pribadi yang misi-Nya untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Mat. 1:21). Pribadi Ilahi itu adalah tema keseluruhan Perjanjian Baru.
Dan Dia harus menjadi tema dan pusat kehidupan kita. Melalui Yesus kita perlu bersama Allah sama seperti Dia adalah Allah bersama kita. Hari ini adalah hari untuk menyusun kembali prioritas-prioritas kita. Hari ini adalah hari bagi saya untuk menyertai Allah dan membiarkan Dia menjadi pusat kehidupan saya dengan cara yang baru.
0 komentar :
Post a Comment