PELAJARAN LAIN TENTANG HARTA

"Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya (Matius 19:21, 22).

Mudah sekali menarik kesimpulan yang salah mengenai ayat-ayat ini. Masalah penguasa muda yang kaya raya itu bukan uang itu, tetapi cintanya kepada uang.

Yesus tidak menghakimi dengan mengutuk harta dalam pernyataan-Nya kepada penguasa itu. Bagaimanapun, Dia tidak membuat permintaan yang sama kepada Nikodemus atau Zakheus atau orang-orang berharta lainnya dengan siapa Dia berhubungan. Tetapi harta adalah bahaya bagi orang ini. Harta itu adalah ilahnya, hal yang menjauhkan dia dari Allah.

Halford Luccock menjelaskan bahwa “Yesus bukan menegaskan kemiskinan sebagai keharusan atau sesuatu yang ideal bagi semua orang. Dia Tabib yang Baik, dan tidak memberi resep obat yang sama kepada setiap pasien. Ia memandang ke pasien ini dan mengasihinya secara perorangan, suatu kasih yang melihat dia sebagai sosok dengan masalah khusus. Kemudian dia menentukan tindakan yang akan membebaskan dirinya dari hal yang sedang membuatnya terhenti. Dalam kasus ini, hal itu adalah harta kekayaan.”

Bagi Anda atau saya kemungkinan itulah sesuatu yang berbeda. Tetapi kita semua harus memenuhi persyaratan yang sama-penyerahan total diri kita dan semua yang kita miliki kepada kehendak Allah supaya Dia menjadi Tuhan sesungguhnya bagi hidup kita.

Ketika saya membaca kisah penguasa muda kaya raya ini, tipe seorang penguasa muda kaya raya lain terbayang dalam pikiran saya. Tetapi betapa berbeda tanggapan mereka. Keduanya memiliki kuasa, prestise, dan uang. Keduanya menerima undangan untuk pemuridan. Keduanya harus membuat keputusan untuk menyerahkan masa lalu mereka. Tetapi betapa berbedanya.

Di dalam diri Paulus kita sekilas melihat apa yang bisa terjadi pada penguasa muda kaya itu sewaktu dia menggunakan hartanya bagi Allah. Tetapi penguasa muda kaya raya yang disebut belakangan memilih hartanya untuk dirinya sendiri.

Karena orang-orang yang demikian di dalam pikirannya, maka sang rasul di kemudian hari menulis bahwa “akar segala kejahatan ialah cinta uang” (1 Tim. 6:10). Tetapi bagi mereka yang mampu meletakkan hartanya di tempat yang benar, Allah mendayagunakan harta-harta mereka melintasi sejarah gereja untuk mendukung pekerjaannya dan membantu mereka yang membutuhkannya.

Harta itu licin. Harta bisa menjadi kutukan atau berkat. Sebagaimana keadaan semua harta, maka itu tergantung kepada kita masing-masing bagaimana kita menggunakannya.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan