BERGERAK MELAMPAUI PERTENTANGAN
"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:39,40).
Jawaban Yesus tentang mengasihi Allah sebagai perintah terbesar, sesungguhnya dapat memuaskan pertanyaan para ahli Taurat. Tetapi Dia mengetahui bahwa beberapa di antara “jenis-jenis keagamaan” kita adalah melakukan hal yang lebih baik yaitu mengasihi Allah ketimbang perilaku peduli kita terhadap orang lain.
Untuk itu, Yesus mengutip perintah besar kedua dari Imamat 19:18, dengan setiap perintah terhadap sesama kita. Asumsi di dalamnya bahwa mustahil untuk benar-benar mengasihi Allah tanpa mengasihi orang lain. Inilah salah satu pelajaran paling penting dari seluruh kumpulan ajaran Yesus. Rasul Yohanes dengan ringkas menjelaskan hal ini ketika dia menulis bahwa siapa saja yang menyatakan mengasihi Allah, tetapi membenci saudara laki-laki atau perempuannya adalah seorang pembohong. Karena “barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yoh. 4:20). Lagi-lagi, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:35).
Yesus menjelaskan bahwa kasih terhadap Allah dan mengasihi sesama adalah inti Perjanjian Lama-“seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat. 22:40). Hal itu juga menjadi inti etika Perjanjian Baru. Dengan demikian Pau-lus menulis bahwa “sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’” (Gal. 5:14).
Dia mengulangi gagasan yang sama di dalam Roma 13, ketika dia menjelaskan bahwa “kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (ayat 10). Namun di pasal tersebut sang rasul membantu kita untuk melihat lebih jelas hubungan perintah itu untuk mengasihi dengan Sepuluh Hukum. Lebih spesifik lagi, dia secara eksplisit menggabungkan perintah-perintah dari loh batu kedua Sepuluh Hukum dengan perintah besar kedua. Dengan demikian dia mengikat perintah-perintah seperti jangan membunuh, jangan mencuri, dan sebagainya kepada perintah untuk mengasihi orang lain (ayat 9, 10). Yang sama dapat dilakukan untuk loh batu pertama dan mengasihi Allah. Tetapi Paulus mengetahui bahwa masalah sebagian besar orang-orang “beragama” bukan tidak mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi satu sama lain
Gereja akan menjadi tempat menyenangkan sekali bilamana lebih banyak anggota-anggotanya menyimpan dalam hati jawaban Yesus dan melaksanakannya. Setiap jemaat memiliki anggota-anggota yang saleh yang berlaku seakan-akan mereka dapat mengasihi Allah, namun sementara bersikap kasar terhadap orang lain. Di luar itu, kita secara berkesinambungan menemukan mereka yang sangat berhati-hati bagaimana merayakan Sabat atau apa yang mereka makan, tetapi merupakan orang-orang yang paling sulit untuk hidup bersama seperti Iblis.
Bantulah saya, Bapa, untuk mengerti maksud agama yang benar.
0 komentar :
Post a Comment