BATAS-BATAS PENGAMPUNAN (BAGIAN 2)
“Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah.dahuu,:segalajiutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya” (Matius 18:23-27).
Yesus tahu bahwa Petrus tidak mengerti apa yang dimaksud pengampunan berdasarkan pernyataan sepintas tentang pokok bahasan tersebut. Maka, bagian 2 dari jawaban Yesus kepada pertanyaan sang rasul adalah Perumpamaan mengenai hamba yang tidak berbelas kasihan (Mat. 18:23-35 mempunyai tiga tokoh utama: Raja (Allah) seorang hamba yang utangnya yang berjumlah sangat besar dihapuskan (Anda dan saya), dan seorang hamba (sesama kita, istri, suami, anak-anak, sesama anggota gereja) yang berutang sejumlah keci kepada hamba pertama (Anda dan saya).
Perumpamaan ini mempunyai tiga adegan. Dalam adegan pertama hamba pertama berada di balai pertemuan raja dimana penguasa itu menghapuskan utang yang besar. Utang .itu“bukan saja besar-jumlahnya mencengangkan, utang yang tidak akan pernah dapat dilunasi.
sepuluh ribu talenta tidak berarti banyak karena saya tidak berpikir menurut perhitungan itu. Tetapi angkanya mulai Saya mengerti waktu bahwa anggaran belanja bersama tahunan untuk Idumea,
Yudea; dan Samaria hanya berjumlah 600 talenta.'’ Dan anggaran belanja untuk .Galilea yang relatif makmur hanyalah 300 talenta.
Jadi waktu Yesus menyatakan bahwa dia “tidak mampu melunaskan utang-nya” Dia menyatakan kebenaran dengan jelas. Tidak mungkin seseorang bahkan dapat memulai membayar utang 10.000 dinar seperti itu.
Pada titik tersebut perumpamaan itu bergerak ke dalam pemikiran manusia-memberi si penyandang utang apa yang patut dia dapat Tetapi menghadapi hukuman yang adil itu si hamba tersungkur dan sujud, memohon kepada raja untuk Memberinya waktu dia akan membayar kembali semua utangnya, suatu hal mustahil yang pasti terlihat nyata juga olehnya.
Pada tahap ini logika Ilahi mengambil alih dalam perumpamaan itu. Sang raja mengampuni pemohon yang menyesal. Di sinilah kasih karunia itu, yaitu memberi orang apa yang tidak patut mereka peroleh, memberi mereka apa yang mereka butuhkan.
Kita Petrus-Petrus itu tidak bermasalah dengan kisah tersebut sejauh itu. Bagaimanapun, kita menyukai kasih karunia Allah, apabila dilimpahkan kepada kita. Tidur lebih nyenyak karena kasih karunia, kita memuji Allah setiap hari untuk pemberian istimewa itu. Dan seharusnya kita berbuat begitu.
0 komentar :
Post a Comment