BATAS-BATAS PENGAMPUNAN (BAGIAN 1)


‘Yesus berkata kepadanya: ‘Bukan!Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali’” (Matius 18:22).

Kemarin kita mulai mempelajari pertanyaan Petrus mengenai batas-batas pengampunan. Murid itu, tentu saja, bukan saja mengajukan pertanyaan, tetapi juga memberi jawaban dengan penuh kemurahan hati. Tujuh pengampunan itu banyak mengampuni, terutama di bidang kepekaan.

Yesus menjawab Petrus dalam dua bagian. Pertama, Dia berkata, jumlah yang tepat bukanlah tujuh tetapi “tujuh puluh kali tujuh” atau 490. Nah, jumlah itu bukan main banyaknya (bahkan jika sekadar 77 kali, sebagaimana disarankan Alkitab Versi baru Terjemahan Internasional)—maka begitu banyak sehingga orang akan lupa sudah menghitung sampai berapa sebelum pelanggaran ke-491 (atau bahkan 78). Tetapi, Yesus bukan mengajarkan pelajaran menghitung pengampunan, tetapi lebih tepat Dia mengajarkan bahwa pengampunan itu tidak ada batasnya.

Ini bukanlah jawaban yang diharapkan Petrus, karena sebagaimana kita lihat kemarin, Petrus, seperti Anda dan saya, sesungguhnya lebih tertarik pada batas kasih dan kesabaran Kristen daripada sampai sejauh mana harus dilakukannya. Bagaimanapun, adalah hal yang membesarkan hati untuk mengetahui pada saat mana saya boleh berhenti mengasihi sesama dengan hati nurani yang tidak tercela, mengetahui kapan saya sudah memenuhi kuota kasih dan pengampunan saya, supaya saya dapat menjadi "umat Kristen yang baik” biarkan menerima apa yang layak untuk diterima.

Terlalu sering saya menyadari berpendapat sama seperti Petrus dan menyetujui keterlibatan yang mendasari pertanyaannya: “Kapan saya boleh membiarkannya pergi?” “Kapan saya berhak marah pada orang-orang yang tidak terdidik dan tidak mudah mengerti ini dengan siapa saya harus hidup berdampingan? harus bekerjasama? harus ke gereja bersama?”

Inilah beberapa pertanyaan yang praktis dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Terutama karena orang-orang itu sesungguhnya tidak menyenangkan - sungguh-sungguh patut merasakan sedikit luapan amarah, makian yang baik, mengetahui apa yang ada dalam pikiranku mengenai mereka. Dan mereka memang pantas mendapat ganjaran. Saya begitu bersabar dengan mereka, tetapi rupanya mereka tidak mengerti. Jadi jika pengampunan tidak memecahkan masalah ini, barangkali suatu serangan kecil akan membuat mereka bangun dari tidur mereka.

Cara berpikir demikianlah mewakili gagasan-gagasan Petrus mengenai topik ini dan topik saya juga. Tetapi Yesus membuat kami berdua kesal dengan menyatakan bahwa tidak ada batas bagi pengampunan.

Itu bukanlah jawaban yang Petrus dapat mengerti. Jadi di dalam beberapa ayat berikut Yesus mengilustrasikan apa yang Dia maksudkan.

Tuhan, berikan saya telinga untuk mendengar ketika Engkau memberitahu saya sesuatu yang saya sungguh perlu mengerti.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan