PERUMPAMAAN PERTENTANGAN (bagian 1)
"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” (Matius 21:28-31).
Kita sudah tiba pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus. Dan Injil menunjukkan bahwa Dia sedang menuju ke arah yang akan menyebabkan pertentangan dengan kepemimpinan Yahudi. Kejadian pertama adalah peristiwa masuknya Dia ke dalam kota dengan penuh kemenangan, kemudian pembersihan Bait Allah, dan akhirnya perdebatan mengenai wewenang-Nya. Peristiwa-peristiwa itu, yang menunjukkan peran Kemesiasan-Nya, menyebabkan keretakan yang makin lebar antara para pemimpin Yahudi dan massa rakyat, dengan para pemimpin menolak Yesus dan kelompok terakhir berulangkali menunjukan semangat terhadap-Nya.
Kemudian kita menemukan Yesus mengajar dan berdialog di halaman Bait Allah. Dalam peristiwa-peristiwa ini, Dia menyuguhkan beberapa perumpamaan bernada pertentangan, semua ditujukan kepada para pemimpin Yahudi.
Perumpamaan utama adalah mengenai seorang ayah (Allah) dan dua anak laki-lakinya. Yang pertama (mewakili para pemungut cukai, pelacur, dan orang buangan lainnya) secara langsung menolak untuk bekerja di kebun anggur ayahnya, tetapi menyesalkan tindakannya dan kemudian bekerja juga di sana. Anak laki-laki kedua (mewakili para pemimpin Yahudi) secara verbal menyanggupi tetapi tidak mempraktikkan apa yang dikatakannya.
Dengan menggunakan teknik mengajar yang piawai, Yesus melibatkan para pendengar-Nya untuk mencapai pelajaran yang terkandung dalam perumpamaan itu. Jawabannya jelas. Di sepanjang Injil Matius, bukankah mereka yang mengatakan “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam kerajaan, tetapi mereka yang taat (Mat. 7:21).
Bagi Yesus, kebenaran bukanlah menerima secara pasif tetapi ketaatan aktif. Iman adalah percaya yang bertindak. Itu bukan keselamatan melalui perbuatan tetapi lebih tepat kenyataan bahwa mengasihi Allah dan orang lain mengalir secara alami dari hati seseorang yang telah bertemu Yesus.
Dengan demikian firman-Nya bertentangan dengan apa yang disebut Injil sebagai kebangkitan emosional yang semata-mata mencari penerimaan langsung dan bukan kehidupan yang berubah. Perumpamaan ini juga menegaskan kepalsuan bila memercayai beberapa kebenaran doktrin sebagai cara untuk diselamatkan. Dan lagi, perumpamaan ini mengetuk hati bermacam-macam keyakinan Kristen yang cenderung menyamakan keselamatan dengan pokok menerima Yesus karena adanya pembenaran. Ajaran Yesus tentang keyakinan akan diselamatkan adalah berdasarkan menerima Dia maupun menjalani hidupan seperti Kristus. Dengan kesimpulan itu, kita mendapat perintah tuk melakukannya hari ini dan di hari-hari berikutnya.
0 komentar :
Post a Comment