YANG BERWENANG BERTIKAI
“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: ‘Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?’ Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?’” (Matius 21:23-25).
Yesus telah menantang kewenangan para pemimpin Yahudi dengan aksi membersihkan Bait Allah. Sekarang mereka menentang-Nya.
Kita perlu mencatat apa yang mereka tidak tanyakan. Pertama, mereka tidak mempersoalkan bahwa dia memiliki kuasa atau Dia telah melakukan perkara-perkara yang berkuasa. Yang pasti, Dia sudah memperagakan itu dalam pembersihan Bait Allah. Kedua, utusan Sanhedrin tidak mempersoalkan kebenaran Yesus dalam membersihkan Bait Allah. Mereka tahu bahwa mereka sendiri telah mengizinkan hal-hal salah dipraktikkan di Bait Allah.
Sebaliknya, mereka tidak dapat mengabaikan apa yang telah Yesus lakukan. Dia bertindak seakan-akan Dia adalah Tuhan atas Bait Allah dan berhak melakukan apa yang Dia lakukan. Dalam hal itu, Dia telah merampas kuasa dan prerogatif mereka. Maka mereka beralasan menentang-Nya. Mereka merasa berhak mempertanyakan Dia mengenai sumber otoritas-Nya dalam tindakan membersihan Bait Allah. Yesus tidak mempunyai kedudukan resmi. Itu sebabnya mereka tentang. Dan mereka juga mau menjebak-Nya. Sebagaimana dijelaskan William Barclay, “Mereka berharap untuk memojokkan Yesus. Jika Dia mengatakan bertindak di bawah kuasa-Nya sendiri, maka mereka dapat menahan Dia sebagai seorang gila yang menganggap dirinya berkuasa sebelum Dia melakukan lebih banyak kerusakan lagi.” Namun “jika Dia berkata bahwa dia bertindak atas wewenang Allah, maka mereka dapat juga menahan Dia sebagai seorang yang jelas-jelas menghujat.”
Yesus menyadari jebakan itu. Tanggapan-Nya akan memojokkan mereka ke dalam situasi yang lebih buruk lagi. Pertanyaan-Nya yang menangkis itu tentang wewenang Yohanes Pembaptis adalah sesuatu yang jenius. Mereka tidak dapat menjawab bahwa wewenang sang Pembaptis adalah dari Allah karena dia telah menunjuk Yesus sebagai Anak Domba Allah. Selain itu mereka tidak dapat mengatakan bahwa wewenangnya berasal dari manusia karena rakyat menganggap Yohanes sebagai seorang nabi.
Pilihan yang menyulitkan itu mengakibatkan mereka hanya dapat menjawab dengan “kami tidak tahu.” Yesus menjawab dengan pendek dan kesal bahwa penolakan mereka untuk menjawab pertanyaan-Nya memberi-Nva hak untuk mengabaikan pertanyaan mereka (Mat. 21:27).
Sebagai umat Kristen, kita belajar banyak dari cara Yesus menangani pertentangan. Kita perlu waspada dan membuka mata kita kepada strategi Yesus yang terilhami sementara Dia meneruskan perjalanan ke salib.
0 komentar :
Post a Comment