PETRUS (fase 2)

“Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: ‘Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu.’ Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang itu.’ Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya” (Matius 26:73-75).

Saat Petrus sudah tiba. Dan dia gagal, bukan hanya sekali, tetapi tiga kali, dengan setiap peristiwa menjadi semakin memberatkannya.

Kemudian, mungkin keadaan makin memburuk ketika seorang kerabat Malkus yang telinganya disembuhkan itu mengenali Petrus karena logat Galileanya (Yoh. 18:26,10; Mrk. 14:70). Dengan tuduhan ketiga ini, Petrus benar-benar naik pitam dan mulai “mengutuk dan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!’” (Mrk. 14:71).

Petrus telah melangkah jauh dalam penyangkalannya. Setidaknya ada tiga kemungkinan mengenai sifat mengutuk dan mengumpatnya. Yang pertama, dia menggunakan kata-kata najis. Berbuat demikian memang cukup buruk, tetapi artinya kemungkinan lebih mendalam daripada itu.

Penafsiran kedua, dia mengumpat demi Allah bahwa dia tidak mengenal Yesus, dengan demikian mengungkapkan penyangkalannya dalam bentuk sumpah yang memohon Allah bersaksi akan kebenarannya.

Kemungkinan ketiga bahkan lebih buruk daripada dua yang pertama. R.T. France mengemukakan bahwa Petrus bahkan kemungkinan mengucapkan kutukan kepada Yesus untuk membuat jelas bahwa dia tidak mungkin seorang pengikut.

Apa pun sifat mengumpat dan mengutuk itu, keduanya nyata menunjukkan penyangkalan terhadap Yesus oleh murid utama-Nya. Pada saat itu, setidaknya tiga hal terjadi. Pertama, ayam berkokok.

Kedua, waktu ayam itu berkokok, Yesus berpaling dan “memandang Petrus” (Luk. 22:61). Dan betapa tatapan itu tajam dan bertanya-tanya. Jauh daripada suatu ungkapan “Aku sudah katakan.” Ellen White memberitahu kita bahwa itu suatu pandangan dengan “perasaan belas kasihan yang dalam dan kesedihan, tetapi tidak terdapat tanda adanya kemarahan” (Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 353). Pada saat itu ramalan Yesus mengenai penyangkalannya melintas dalam pikiran Petrus.

Dia tidak tahan melihat pandangan Yesus. “Ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya.” Pada saat itu iman Petrus bertambah besar. Dan Yesus mengetahui arti air mata penyesalan itu.

Kita semua dapat belajar dari pengalaman Petrus. Masalah intinya bukan rasa takut tetapi percaya diri yang berlebihan. Seorang pengecut tidak akan mengikuti Yesus sampai ke halaman membahayakan itu. Pelajaran kedua adalah walau tidak ada dari kita tidak mencela, tidak ada satu pun di antara kita yang masih belum patut menerima kasih karunia Allah.

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan