Roti Rohani Kita

 "Sebab itu Musa berkata kepada Harun: "Ambillah sebuah buli-buli, taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun." Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah buli-buli itu ditempatkan Harun di hadapan tabut hukum Allah untuk disimpan." (Keluaran 16:33, 34).

Manna, atau roti kecil, turun dari surga setiap pagi dengan pengecualian hari ketujuh. Umat itu mengumpulkannya, Menggilingnya di atas penggilingan atau menghancurkannya dengan lesung, dipanggang dalam panci, dan membuat kue darinya (Bil. 11:8). Rasanya Seperti wafer yang dibuat dari madu. Pemazmur menyebutnya “gandum dari langit” (Mzm. 78:24) dan mengatakan keajaiban selama 40 tahun itu turun dari surga dan yang dikumpulkan oleh suku-suku itu digambarkan sebagai: “setiap orang telah makan roti malaikat” (ayat 25).

Dalam Firman-Nya Allah masih memasok umat-Nya dengan “manna setiap hari.” Firman-Nya segar setiap hari. Pemahaman kemarin sangat penting untuk tantangan kemarin. Tetapi hari inilah Firman itu berbicara paling relevan. Kenangan kita terhadap kemenangan kemarin memberi kita keberanian untuk menghadapi tantangan hari ini. Tetapi pertempuran hari ini tidak bisa diperjuangkan dengan kekuatan kemarin. Kita perlu manna setiap hari untuk mendapatkan kemenangan sehari-hari. Kita harus membuat usaha yang tulus untuk menerima Firman Tuhan.

Metode belajar Alkitab kita mungkin berbeda. Beberapa menemukan kepuasan yang lebih besar dalam “membaca Alkitab melalui”—mempelajari pekabarannya dengan secara berurutan meninjau 66 kitab. Yang lain lebih suka mempelajarinya secara topikal dan beberapa orang lebih suka renungan yang mendalam pada sebuah buku, tokoh atau periode yang dipilih. Tidak peduli apa metodenya, waktu yang terbaik untuk mengumpulkan manna rohani adalah di pagi hari.

Tentu saja, tidak ada kesempatan adalah waktu yang salah. Tetapi sekali lagi, pagi adalah waktu terbaik: Sebelum masalah-masalah yang menekan hari-hari kita mulai membebani kita; sebelum panggilan telepon dan percakapan keluarga; sebelum melakukan perjalanan; sebelum gejolak agenda yang padat mulai menyibukkan kita, kita harus pergi kepada Sumber kekuatan kita. Bukan dalam ritual atau ibadah yang terburu-buru, tetapi dalam ketenangan, meditasi perhatian penuh.

Kita menemukan manna dalam pertemuan doa, dalam kebaktian rohani pada hari Sabat, dan dalam sesi ibadah keluarga kita. Namun sifat-sifatnya yang paling baik dinikmati dan paling efektif untuk dicerna ketika kita mengumpulkannya dan mengonsumsinya dalam persekutuan individu dengan Tuhan.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan