Memberikan dengan Bebas

"Dan berkata kepada Musa: 'Rakyat membawa lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan'" (Keluaran 36:5).

Betapa keadaan yang mengagumkan! Umat itu menanggapinya dengan begitu sukarela hingga mereka harus menahan diri dalam memberikan pemberian mereka. Bait suci itu selesai “bebas dari utang.” Tidak ada pinjaman untuk dilunasi, tidak ada barang gadaian jangka panjang dengan suku bunga yang tinggi.

Meminjam pinjaman dalam jumlah yang wajar dalam tuntutan pekerjaan Tuhan bukanlah dosa. Tetapi betapa lebih baik atau lebih mudah perjalanan apabila, oleh pengorbanan pribadi atau kelompok, umat-Nya dapat membebaskan diri dari utang sama sekali? Kontribusi bangsa Israel untuk bait suci mengingatkan kita bahwa ketika umat Allah benar-benar termotivasi, semangat pengorbanan akan jauh lebih nyata di antara kita. Daftar kejahatan yang menghalangi semangat pengorbanan mencakup sikap kecurigaan, kurangnya iman, cengkeraman materialisme, dan prioritas yang lebih besar untuk “keangkuhan hidup” pencapaian dan kepemilikan pribadi.

Nabi Ellen White memberikan dorongan berikut sehubungan rencana pembangunan yang didasarkan pada pengorbanan dan tekad untuk menghindari utang yang berkepanjangan. Peringatannya meliputi: (a) “Bangunan yang didirikan untuk menyembah Allah tidak akan dibiarkan timpang dengan utang. Hal ini akan terlihat hampir seperti penyangkalan iman Anda untuk membiarkan hal seperti itu” (Counsels on Stewardship, hlm. 260); (b) “Adalah tidak menghormati Allah bila gereja-gereja kita dibebani dengan utang. Keadaan seperti ini tidak seharusnya ada. Hal ini menunjukkan manajemen yang salah dari awal sampai akhir, dan itu adalah aib bagi Allah di surga” (ibid., hlm. 261); dan (c) “Dalam beberapa kasus utang berkelanjutan terhadap rumah Allah, dan bunga berkepanjangan yang harus dibayar. Hal-hal ini tidak seharusnya dan tidak perlu terjadi” (ibid., hlm. 263).

Mencetak nama dalam buletin, melakukan perjamuan dan makan malam, dan memberikan piagam dan penghargaan sebagai pengakuan atas penata-layanan persembahan adalah segala bentuk yang diakui sah. Tetapi ini bukan motivasi yang benar untuk kesetiaan memberikan persembahan. Bukan ketakutan kepada neraka, bukan kerinduan kepada pohon kehidupan, bahkan bukan karena kesiapan bagi kedatangan yang kedua kali yang menjadi perangsang utama kita. Motivasi tertinggi kita untuk memberi kepada pekerjaan Allah haruslah—“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan