Miskin Menjadi Kaya


“Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya;  dan itulah yang dikatakan ayahnya kepada mereka, ketika ia memberkati mereka; tiap-tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepada mereka masing-masing (Kejadian 49:28).



Prediksi Yakub mengenai anak-anaknya dalam Kejadian 49 merupakan salah satu lagi pandangan yang luar biasa mengenai sifat manusia yang ditemukan dalam Alkitab. Pengenalan seorang ayah mengenai kepribadian dan karakter anak-anaknya, ditambah hikmat dari Roh Kudus, memungkinkan dia meiliki pandangan yang menakjubkan mengenai masa depan masing-masing anak dan keturunannya. Prediksi Yakub tidak semua positif. Sementara menyampaikan cara bagaimana kualitas yang baik akan membawa mereka kepada keberhasilan, ia juga menemukan kesalahan yang akan membawa mereka kepada banyak penderitaan dan kegagalan.



Kesaksian Israel yang bermasalah dan yang berikutnya penolakan mereka sebagai umat Allah yang istimewa sebagian besar karena kecenderungan berbuat jahat, seringkali tidak dikendalikan, diteruskan dan kadang-kadang dikembangkan oleh generasi berikutnya. Namun, terlepas dari keadaan mereka yang terus menerus tersandung, terlepas dari sejarah mereka yang penuh perubahan dan seringkali tragis, dengan terkagum kita akan memperhatikan masing-masing nama mereka, kecuali Dan, tertulis pada salah satu dari 12 gerbang Kota Suci (Why. 21:12; 7:5-8).



Bagaimana bisa? Karena masing-masing anak (lagi dengan pengecualian Dan) adalah penakluk. Masing- masing pada akhirnya menemukan kasih karunia dan pengampunan Tuhan. Dan meskipun generasi berikutnya sering kali berdosa karena melanggar kasih dan hukum Allah, sebagian, telah bertobat, mati dalam pengharapan akan Mesias yang dijanjikan.


Kesaksian bangsa Israel memberikan banyak pelajaran bagi kita zaman ini. Di antaranya adalah: (1) Nasib kita dan anak-anak kita bukan hasil dari kebetulan atau keberuntungan buta atau kemalangan—kita menuai, dalam kepribadian dan produktivitas, apa yang kita tabur dalam karakter dan pilihan; (2) karunia Allah lebih besar daripada kesengsaraan kita. Mereka yang benar-benar bertobat mengalami kenyataan bahwa “di mana dosa bertambah banyak, kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rm 5:20); (3) kita dipilih bukan hanya untuk keselamatan kita, tetapi untuk keselamatan orang lain—dan sebagaimana Tuhan menggunakan kita untuk “menceritakan cerita,” secara terus-menerus Dia di dalam kita mengerjakan kasih karunia hingga kita matang untuk hidup dalam kerajaan di atas.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan