Seorang Nabi di Antara Kita

"Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi" (Amos 3:7).

Setiap kali suku-suku itu dipanggil untuk bersaksi kepada bangsa-bangsa yang ada di sekitar mereka, para nabi di tengah-tengah mereka dipanggil untuk bersaksi terutama kepada umat pilihan itu sendiri.

Para nabi diberi petunjuk oleh malaikat, melalui penglihatan, melalui komunikasi yang dapat didengar dari Allah, dan oleh perasaan intuitif mengenai kehendak-Nya. Para nabi tidak hanya bersaksi melalui perkataan lisan dan tindakan simbolik, tetapi juga menuliskan banyak kata-kata tertulis yang sekarang kita gunakan.

Beberapa penulis, seperti Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel, digolongkan sebagai nabi “besar.” Yang lainnya, terutama Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi, disebut nabi “kecil” Sebutan mereka bukan karena kesaksian mereka lebih kecil, tetapi karena pekabaran mereka yang tidak panjang. Dalam kasus semua nabi, inti dari pelayanan mereka (dari Samuel, hakim yang terakhir dan yang pertama dari antara para nabi) adalah mempersiapkan manusia bagi kedatangan Mesias.

Para nabi melakukan sejumlah fungsi yang penting. Mereka memperingatkan bahaya dari musuh, mereka memperjuangkan keadilan sosial, mereka mengadakan kebangunan rohani, dan mereka menunjukkan peristiwa masa depan dan masa lalu dengan cara yang meneguhkan bangsa itu.

Umat yang sisa memiliki nabi—Ellen G. White. Kematiannya pada tahun 1915 menghapus dia dari kita secara fisik. Namun, kata-katanya dan pengaruhnya tetap penting untuk hidup kita melalui tulisan, “ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibr. 11:4). Gereja melakukan yang benar dengan tidak menggunakan kata-katanya sebagai dasar doktrin. Dia adalah, oleh gambarannya mengenai dirinya sendiri, “terang yang lebih kecil” dibandingkan dengan “cahaya yang lebih besar” Alkitab (Mari Bersaksi, hlm. 282). Namun demikian, kita tidak boleh lupa bahwa Kristus yang sama yang berbicara kepada para nabi Perjanjian Lama yang mengilhami dia. Tulisannya menerangi pemahaman kita mengenai doktrin dan memberikan rasa desakan sehubungan dengan penurutan kepada Firman Allah.

Untuk beberapa alasan, kita menjadi bijaksana ketika membiasakan diri dengan substansi karunia yang indah ini. Yang paling bermakna dari semuanya adalah gambaran mengenai pelayanan Yesus. Tidak ada keraguan terhadap mengapa Tuhan mendorong kita untuk “Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!” (2 Taw. 20:20).

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan