Semuanya Berharga

"Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku'” (Markus 8:34).


"Haruskah saya dibawa ke langit Di tempat tidur penuh dengan bunga kesenangan, Sementara yang lainnya berjuang untuk memenangkan hadiah,Dan berlayar melalui lautan darah?"

Pertanyaan ini akhirnya dihadapi oleh setiap pengikut Kristus karena mengingat bahwa penderitaan adalah pasti bagi mereka yang mencari kerajaan kemuliaan. Tetapi ini bukan kejutan; bukankah Kristus memerintahkan, "pikullah salibmu dan ikutlah Aku?"

Jenis strategi pemasaran apakah ini? Salib adalah yang paling dibenci, paling tidak disukai, dan alat yang digunakan masyarakat kuno untuk menunjukkan penghinaan. Bagi orang Roma itu adalah pernyataan kelemahan; bagi orang Yunani, tanda kebiadaban; dan untuk orang Yahudi, simbol penaklukan dan penindasan. Namun undangan Yesus untuk pemuridan dimulai dengan panggilan nama ini—apa yang Dietrich Bonhoeffer, seorang martir Kristen, ungkapkan sebagai panggilan Kristus untuk “datang dan mati.”

Kristus, membuat salib menjadi simbol pergerakan kerajaan-Nya, hal ini seperti saat kita memulai suatu organisasi sekarang ini dan menggunakan kursi listrik atau tali gantungan sebagai logo kita Bayangkan iklan seperti ini untuk merekrut teman-teman dan anggota baru.

Mengapa salib? Pertama, mengingatkan kita pada biaya keselamatan kita yaitu: Pengorbanan Kristus. Kedua, membuka kedok Setan bahwa ia adalah penguasa lalim, pembunuh yang kejam. Dan ketiga, memperingatkan kita bahwa "hamba tidak lebih dari Tuhannya" (lihat Yohanes 13:16); bahwa Yesus menyempurnakan kekudusan melalui penderitaan, demikianlah kita seharusnya.

"Ini menyakitkan!" kata batu itu sementara bunga api memancar dari roda gerinda yang berusaha mengubah penampilan dan nasib. "Tetapi saya harus melakukan apa yang harus saya lakukan untuk membuat berlian Anda seperti yang Anda inginkan," jawab roda gerinda. "Jika itu masalahnya," batu yang menderita itu berseru dengan tangisan dan air mata, "teruslah menggerinda, hai roda besar, teruslah menggerinda!"

Surga akan, memang, "menjadi berharga." Tidak ada kepuasan duniawi dibandingkan dengan itu; tidak ada sukacita duniawi yang sama dengan itu. Tidak ada masalah atau sakit yang cukup besar untuk mencegah atau menggagalkan setiap orang yang hatinya tetap teguh—pahala kita yang lebih baik.


0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan