sabat
 
"Sembahlah Aku"

Bacalah Lukas 4:5-8. Mengapakah Setan manghendaki Yesus untuk menyembah Dia? Apakah pokok penting yang dipertaruhkan di sini?

     Penyembahan adalah hak prerogatif Allah semata-mata. Inilah satu faktor yang selamanya memisahkan makhluk ciptaan dari Sang Pencipta. Salah satu masalah dalam pemberontakan Lusifer terhadap Tuhan di surga adalah penyembahan; Ambisi Lusifer diringkaskan dengan baik melalui Yesaya 14:13, 14: Hendak naik ke Iangit, hendak mendirikan takhtanya mengatasi bintang-bintang di. Iangit, hendak menyamai Yang Mahatinggi. Hal ini merupakan upaya untuk merebut kekuasaan milik Sang Peneipta saja yang tidak pernah dimiliki oleh makhluk apa pun, seberapa ditinggikan sekalipun.
     Dalam konteks ini kita dapat lebih memahami apa yang terjadi dalam pencoba an ini. Ketika Yesus hendak memulai misi-Nya untuk menebus kembali dunia kepada kepemilikan dan kekuasaan Allah, Setan membawa-Nya ke puncak gunung, memberikan pemandangan panorama akan seluruh kerajaan, dan menawarkannya kepada-Nya seharga sebuah tindakan sederhana: "Jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu" (Lukas 4:7).
      Setan berusaha untuk mengalihkan pandangan Kristus dari prioritas Keilahian-Nya dan untuk menarik perhatian-Nya dengan kemegahan dan kemuliaan yang harganya tidak labih besar daripada sekadar menunduk saja. Dia mencoba, sekali lagi, untuk mendapatkan di sini, kekuasaan dan penyembahan yang Ia telah gagal dapatkan di surga. Perhatikanlah bagaimana Kristus menolak penggoda itu dengan penuh penghinaan. "Enyahlah, Iblis!" (ayat 8, NKJV). Penyembahan, dan pelayanan ibadah yang menyertainya, adalah milik Tuhan Pencipta semata. Di sini, sekali lagi Firman Tuhan menjadi penolong-Nya. Bukankah Ilham dengan perantaraan Musa berkata, "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu... Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu ke pada Dia haruslah engkau beribadah"(Ul. 6:4, 5, 13)? Benar-benar bertekad untuk mengikut Tuhan dalam iman dan ketaatan adalah jawaban utama terhadap kebohongan dan tipuan Setan.
      Masing-masing kita dapat menghadapi pencobaan dengan mengkompromikan iman kita, bahkan dalam "hal-hal kecil." Pekerjaan Anda, Anda lulus ujian di universitas, kenaikan jenjang Anda, menuntut kompromi dalam hal Sabat; Visa Anda ke negara yang lebih baik tergantung pada perubahan nama yang menyembunyikan iman Anda. Pada saat manakah dapat berkompromi? Kapankah,jika pernah, harga kompromi itu tepat?

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan