LEBIH JAUH TENTANG PENGHARAPAN
“Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” (1 Tesalonika 4:13).
Dengan ayat hari ini kita tiba pada penjelasan Paulus paling luas mengenai Kedatangan Kedua Kali. Dan, dari segi rinciannya tentang kebangkitan orang-orang kudus, maka penjelasannya itu yang paling lengkap dalam Perjanjian Baru, dan disusul 1 Korintus 15:51-55.
Sang rasul memulai diskusinya dengan pernyataan tentang “pengharapan.” Kita sudah saksikan Paulus memandang Kedatangan Kedua Kali sebagai “pengharapan kita yang penuh bahagia” (Tit. 2:13). Tetapi dalam 1 Tesalonika, dia menguraikan lebih jauh mengenai pengharapan itu dan menegaskan beberapa dampak yang kemungkinan akan terjadi.
Umat percaya yang baru saja ditobatkan di Tesalonika perlu pengharapan seperti itu. Kematian beberapa di antara mereka sangat mengejutkan mereka. Tak diragukan lagi, mereka berasumsi bahwa semua umat percaya akan hidup sampai kedatangan Kristus kembali.
Tetapi beberapa tidak mampu bertahan, dan para anggota gereja Tesalonika mendapat tugas menyedihkan dengan mengubur mereka. Apakah yang akan terjadi dengan pribadi-pribadi seperti itu?
Inilah masalah yang mengganggu orang-orang di setiap generasi. Bagaimanapun, tidak satu pun kita lolos dari kematian. Jadi apakah gerangan arti kematian, atau bahkan suatu kehidupan yang akan berakhir dengan cara demikian tak berguna? Inilah pertanyaan yang menantang para ahli falsafah, teolog, dan orang awam dari zaman ke zaman. Jawaban Paulus adalah jawaban yang paling memuaskan yang pernah diberikan.
Dia tuliskan bahwa dia tidak ingin mereka menjadi tak tahu menahu tentang mereka yang tidur dalam kematian. Sang rasul tak ingin kematian mereka yang tercinta menghancurkan iman mereka kepada siapa dia menujukan tulisannya ini. Dia tak ingin mereka menjadi “tanpa pengharapan.” “Tanpa pengharapan” adalah kata-kata yang mendorong sang rasul mendiskusikan kebangkitan orang suci, topik yang dia bahas dalam 1 Tesalonika 4:14.
Tetapi sebelum ke penyajiannya, kita akan mempelajari pengertian Paulus tentang Kekristenan sebagai agama dengan pengharapan. Dalam suratnya kepada Jemaat Roma, dia mengacu kepada Allah sebagai “sumber pengharapan” (Rm. 15:13) dan menjelaskan bahwa sebagai umat Kristen “kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah” (Rm. 5:2).
Pengharapan di dalam Alkitab bukanlah menginginkan yang tidak-tidak, tapi suatu pengetahuan bahwa sesuatu akan terjadi. Dan keyakinan tentang apa yang Allah akan lakukan di masa depan, bergantung pada apa yang telah Dia lakukan di masa lalu. Oleh karena itu, kata Paulus, “Segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci” (Rm. 15:4).