Warisan Pengharapan

"Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti-Habel, sebab Kain telah membunuhnya’ (Kejadian 4:25).

Set adalah awal dari garis panjang leluhur kuno yang mengikuti Adam sebagai saksi yang setia kepada rencana keselamatan. Rangkaian bintang yang mendukung Injil itu di antaranya Henokh, Metusalah, Lamekh, dan anaknya Nuh. Adam hidup untuk menyaksikan semua orang-orang ini kecuali Nuh, yang lahir 126 tahun kemudian setelah kematiannya. Henokh diangkat sebelum Nuh lahir; Lamekh meninggal lima tahun sebelum air bah, dan Metusalah  mati pada tahun air bah terjadi Semuanya sezaman dengan Adam dan mendapat kesaksian langsung mengenai penciptaannya, kejatuhannya, dan penyesalannya.

Masa sebelum air bah—mereka yang hidup pada kira-kira 1.600 tahun periode sebelum Air Bah, tidak hanya berukuran raksasa, tetapi mereka juga raksasa yang cerdas. Mereka tidak membutuhkan hukum tertulis. Pikiran mereka jauh lebih terang dan lebih kuat daripada kita atau generasi pertengahan; mereka dengan mudah memahami rincian kejatuhan Adam dan janji untuk keselamatan—semua mereka yang setia menyampaikannya kepada keturunan yang berikutnya. Setelah air bah, ketika manusia menambahkan daging hewan pada makanan mereka, ras kita mengalami degenerasi yang begitu cepat pada tubuh dan pikiran kita.

Melemahnya kapasitas mental manusia pada dekade setelah air bah menyatakan kemungkinan bahwa kisah keselamatan akan dicemari oleh mitos dan ketidakakuratan fakta atau bahkan dilupakan. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan Musa, 2.000 tahun setelah Penciptaan dan 500 tahun setelah air bah, menulis lima kitab pertama dari Alkitab menunjukkan bagaimana dunia dimulai, bagaimana dunia menjadi rusak, dan bagaimana dan oleh siapa dunia itu akan ditebus.

Para bapa, para nabi setelah mereka, gereja mula-mula yang Yesus mulai, para martir dari zaman kegelapan, dan pelopor lahirnya kembali pemeliharaan hari Sabat pada pertengahan abad kesembilan belas, semua hidup mulia namun meninggal “tanpa menerima perjanjian itu.”

Akankah nasib mereka menjadi nasib kita juga? Pastinya, kecuali kita, oleh dedikasi dan disiplin, menempatkan diri untuk dikendalikan sepenuhnya oleh Roh Kudus. Kemudian dan hanya kemudian akan diputuskan ketika rangkaian panjang kefanaan yang di dalamnya ras kita terkunci dan Kristus, Raja kita, membangun kembali Eden kita yang hilang.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan