Pada Saat Penggenapan
"Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat" (Galatia 4:4).
Adam dan Hawa berharap pemenuhan janji seorang penebus itu segera terjadi, tetapi itu tidak terjadi; dibutuhkan waktu 4.000 tahun dosa memengaruhi kondisi umat manusia hingga kedatangan Mesias. Jadi abad demi abad cerita itu terus diulang. “Dalam tiap pengorbanan, kematian Kristus ditunjukkan. Dalam tiap asap dupa, kebenaran-Nya naik. Dalam tiap bunyi nafiri, nama-Nya yang dibunyikan. Dalam kehebatan tempat yang suci dari yang mahasuci, di sana kemuliaan-Nya berdiam” (Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 219).
Dan kemudian pada akhirnya Dia datang—ketika pijar kecerdasan manusia berkedip-kedip pada titik terendahnya dan ketika usia berada pada rentang tersingkat; ketika kebutaan merajalela dan penyakit mental menjadi epidemi; ketika kematian bayi menjadi biasa dan wabah penyakit mematikan, disebarkan oleh serangga terinfeksi dan udara tercemar, masyarakat malang menjadi korban, membinasakan seluruh kota dan desa; ketika, karena kurang perawatan yang efektif, gigi orang membusuk dengan sangat menyakitkan di mulut mereka; ketika kejahatan begitu banyak sehingga penduduk bumi tampak lebih seperti makhluk dari hutan daripada Allah yang dengannya rupa mereka dibuat; ketika nubuat Yesaya mengenai “pekatnya” kegelapan moral secara tragis digenapi dan masyarakat yang lelah sangat membutuhkan “sesuatu yang lebih baik” dari janji-janji hampa mitologi kafir, terdengar suara dari surga berkata: “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku” (Ibr. 10:5). Yesus datang!
Kedatangan-Nya, kata Yohanes, seperti kemunculan cahaya kilat yang tiba-tiba bersinar dalam kegelapan. Dan bagaimana hal itu bisa terjadi? Karena Dia adalah sumber dari segala cahaya: secara fisik, intelektual, dan moral. Dan meskipun Ia menutupi kemuliaan-Nya dalam daging manusia pada generasi dimana Dia muncul, dari sejak awal Dia adalah Imanuel—"Allah beserta kita.”
Para gembala yang malaikat kunjungi pada malam yang mulia benar-benar' menyaksikan kedatangan Mesias ketika malaikat mengatakan kepada mereka mengenai kelahiran-Nya (Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 38). Mungkinkah kerinduan lebih mendalam akan kedatangan-Nya yang kedua kali di zaman kita mempercepat laju terbang rombongan malaikat yang mengiringi kedatangan-Nya; yang suatu hari nanti kita segera akan mendengar seruan sambutan "lihatlah mempelai laki-laki telah datang!” Dalam “pada waktu yang tepat” hal itu akan terjadi! Doa kita seharusnya “meskipun demikian, datanglah, Tuhan Yesus!”
"Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat" (Galatia 4:4).
Adam dan Hawa berharap pemenuhan janji seorang penebus itu segera terjadi, tetapi itu tidak terjadi; dibutuhkan waktu 4.000 tahun dosa memengaruhi kondisi umat manusia hingga kedatangan Mesias. Jadi abad demi abad cerita itu terus diulang. “Dalam tiap pengorbanan, kematian Kristus ditunjukkan. Dalam tiap asap dupa, kebenaran-Nya naik. Dalam tiap bunyi nafiri, nama-Nya yang dibunyikan. Dalam kehebatan tempat yang suci dari yang mahasuci, di sana kemuliaan-Nya berdiam” (Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 219).
Dan kemudian pada akhirnya Dia datang—ketika pijar kecerdasan manusia berkedip-kedip pada titik terendahnya dan ketika usia berada pada rentang tersingkat; ketika kebutaan merajalela dan penyakit mental menjadi epidemi; ketika kematian bayi menjadi biasa dan wabah penyakit mematikan, disebarkan oleh serangga terinfeksi dan udara tercemar, masyarakat malang menjadi korban, membinasakan seluruh kota dan desa; ketika, karena kurang perawatan yang efektif, gigi orang membusuk dengan sangat menyakitkan di mulut mereka; ketika kejahatan begitu banyak sehingga penduduk bumi tampak lebih seperti makhluk dari hutan daripada Allah yang dengannya rupa mereka dibuat; ketika nubuat Yesaya mengenai “pekatnya” kegelapan moral secara tragis digenapi dan masyarakat yang lelah sangat membutuhkan “sesuatu yang lebih baik” dari janji-janji hampa mitologi kafir, terdengar suara dari surga berkata: “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku” (Ibr. 10:5). Yesus datang!
Kedatangan-Nya, kata Yohanes, seperti kemunculan cahaya kilat yang tiba-tiba bersinar dalam kegelapan. Dan bagaimana hal itu bisa terjadi? Karena Dia adalah sumber dari segala cahaya: secara fisik, intelektual, dan moral. Dan meskipun Ia menutupi kemuliaan-Nya dalam daging manusia pada generasi dimana Dia muncul, dari sejak awal Dia adalah Imanuel—"Allah beserta kita.”
Para gembala yang malaikat kunjungi pada malam yang mulia benar-benar' menyaksikan kedatangan Mesias ketika malaikat mengatakan kepada mereka mengenai kelahiran-Nya (Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 38). Mungkinkah kerinduan lebih mendalam akan kedatangan-Nya yang kedua kali di zaman kita mempercepat laju terbang rombongan malaikat yang mengiringi kedatangan-Nya; yang suatu hari nanti kita segera akan mendengar seruan sambutan "lihatlah mempelai laki-laki telah datang!” Dalam “pada waktu yang tepat” hal itu akan terjadi! Doa kita seharusnya “meskipun demikian, datanglah, Tuhan Yesus!”
0 komentar :
Post a Comment