Dua Belas Suku
"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan-dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba" (1 Korintus 10:11)
Sejarah 12 anak Yakub dan keturunan mereka menunjukkan efek tragis kelemahan orangtua, liar, terjadi pada generasi berikutnya. Prinsip ini terlihat dalam setiap sejarah suku: Kegagalan suku Ruben untuk menghasilkan kepemimpinan yang berbakat dapat ditelusuri dari ketidakstabilannya (Kej. 49:4); kurangnya pertumbuhan terlihat pada suku Simeon dan Lewi disebabkan secara alami oleh budaya mereka yang kejam (Kej. 34); sejarah suku Yehuda mengenai keributan dan pengkhianatan adalah konsekuensi dari kurangnya pengendalian diri (Kej. 38:12-30); suku Zebulon yang keras kepala berkenaan dengan persekutuan duniawi adalah akar penyebab sekularisme yang melumpuhkan mereka (Hak. 1:30); tunduknya Isakhar kepada suku-suku lain disebabkan oleh keserakahan material (Kej. 49:15); dihapuskannya Dan dari daftar nama yang diselamatkan dapat ditelusuri dari sikap mereka yang menghakimi dan penyembahan berhala (ayat 17); kurangnya popularitas Gad disebabkan sikap mereka yang suka berperang (ayat 19); ditariknya Asyer dari urusan kenegaraan karena kurangnya semangat dalam suku mereka (Hak 5:17); “sikap tidak bersyukur” yang ditunjukkan oleh keturunan Naftali, bahkan di zaman Kristus (Mat. 11:20,21), adalah hasil yang logis atas sikap mereka yang merendahkan berkat Allah (Hak 1:33); Kegagalan Yusuf untuk menghasilkan anak-anak yang kuat tidak dapat ditelusuri dari kelemahan yang jelas, bagaimanapun, dia berulang-ulang menangis (Kej. 42:24; 43:30; 45:14,15; 46:29; 50:17) hal itu menggambarkan dirinya sebagai pria lembut, jika tidak berlebihan, sentimental; berkurangnya suku Benjamin hingga mendekati kepunahan (Hak 20:1-14) secara logis berkaitan dengan individualisme pemimpin mereka yang radikal (Kej. 42:36-38).
Tujuan Tuhan bagi gereja zaman ini adalah sama seperti kepada suku kuno ini—untuk mempersiapkan umat bagi kedatangan Mesias. Dan janji-Nya adalah: “Yang direncanakan Allah untuk dilakukan bagi dunia melalui Israel, bangsa pilihan itu, akhirnya Ia akan selesaikan melalui jemaat-Nya di bumi sekarang” (Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 299).
Ukuran kita sehubungan dengan efisiensi dalam usaha yang tinggi dan suci ini, bukan berarti kedi, sebanding dengan kesediaan kita untuk mengambil pelajaran dari perkara-perkara ini—pendahulu rohani kita. Dengan menghindari kesalahan mereka dan mengambil keuntungan dari kemenangan mereka, kesaksian kita akan dan pasti berhasil.
"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan-dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba" (1 Korintus 10:11)
Sejarah 12 anak Yakub dan keturunan mereka menunjukkan efek tragis kelemahan orangtua, liar, terjadi pada generasi berikutnya. Prinsip ini terlihat dalam setiap sejarah suku: Kegagalan suku Ruben untuk menghasilkan kepemimpinan yang berbakat dapat ditelusuri dari ketidakstabilannya (Kej. 49:4); kurangnya pertumbuhan terlihat pada suku Simeon dan Lewi disebabkan secara alami oleh budaya mereka yang kejam (Kej. 34); sejarah suku Yehuda mengenai keributan dan pengkhianatan adalah konsekuensi dari kurangnya pengendalian diri (Kej. 38:12-30); suku Zebulon yang keras kepala berkenaan dengan persekutuan duniawi adalah akar penyebab sekularisme yang melumpuhkan mereka (Hak. 1:30); tunduknya Isakhar kepada suku-suku lain disebabkan oleh keserakahan material (Kej. 49:15); dihapuskannya Dan dari daftar nama yang diselamatkan dapat ditelusuri dari sikap mereka yang menghakimi dan penyembahan berhala (ayat 17); kurangnya popularitas Gad disebabkan sikap mereka yang suka berperang (ayat 19); ditariknya Asyer dari urusan kenegaraan karena kurangnya semangat dalam suku mereka (Hak 5:17); “sikap tidak bersyukur” yang ditunjukkan oleh keturunan Naftali, bahkan di zaman Kristus (Mat. 11:20,21), adalah hasil yang logis atas sikap mereka yang merendahkan berkat Allah (Hak 1:33); Kegagalan Yusuf untuk menghasilkan anak-anak yang kuat tidak dapat ditelusuri dari kelemahan yang jelas, bagaimanapun, dia berulang-ulang menangis (Kej. 42:24; 43:30; 45:14,15; 46:29; 50:17) hal itu menggambarkan dirinya sebagai pria lembut, jika tidak berlebihan, sentimental; berkurangnya suku Benjamin hingga mendekati kepunahan (Hak 20:1-14) secara logis berkaitan dengan individualisme pemimpin mereka yang radikal (Kej. 42:36-38).
Tujuan Tuhan bagi gereja zaman ini adalah sama seperti kepada suku kuno ini—untuk mempersiapkan umat bagi kedatangan Mesias. Dan janji-Nya adalah: “Yang direncanakan Allah untuk dilakukan bagi dunia melalui Israel, bangsa pilihan itu, akhirnya Ia akan selesaikan melalui jemaat-Nya di bumi sekarang” (Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 299).
Ukuran kita sehubungan dengan efisiensi dalam usaha yang tinggi dan suci ini, bukan berarti kedi, sebanding dengan kesediaan kita untuk mengambil pelajaran dari perkara-perkara ini—pendahulu rohani kita. Dengan menghindari kesalahan mereka dan mengambil keuntungan dari kemenangan mereka, kesaksian kita akan dan pasti berhasil.
0 komentar :
Post a Comment