Keadilan Menang

"Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan: Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan la akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa" (Matius 12:18).

Dosa Adam dan Hawa dengan jelas menentang hubungan antara kemurahan Allah dan keadilan-Nya. Mengapa? Karena hukum menuntut kematian, dan jika Allah membunuh pasangan itu sebagaimana selayaknya, Setan akan menuduh Dia sebagai Allah yang tidak berkemurahan. Di sisi lain, jika Dia dengan sewenang mengampuni mereka, Dia akan menuduh bahwa Allah kurang dalam keadilan.

Dari Eden ke Betlehem, alam semesta menunggu sementara janji rekonsiliasi prinsip-prinsip yang tertunda ini. Janji tentang kebinasaan dan penebusan terus menerus diberikan melalui para bapa dan nabi. Tetapi selama empat ribu tahun yang panjang, manusia hidup dan mati tanpa melihat penggenapan janji-janji itu.

Menyadari bahwa melalui Mesias, Allah telah berjanji untuk membuktikan persembahan keadilan dan belas kasihan, Setan berusaha secara terus menerus untuk menggagalkan tujuan-Nya. Kekuatan terbesarnya digunakan untuk menggambarkan bahwa Tuhan adalah Allah yang tidak simpatik dan tidak baik. Dia memperlihatkan konsekuensi dosa sebagai bukti kekerasan Allah. Dengan meningkatkan penderitaan kemanusiaan secara berlipat ganda, Setan memperkenalkan Allah sebagai penyendiri, bersifat elit, tidak simpatik, penonton yang tidak berperasaan dan, paling buruk, penjahat tidak berperasaan dalam penderitaan manusia.

Bagi mereka yang mendengarkan, kampanye Setan yang menyesatkan adalah sebuah kegagalan. Bagi mereka, pelayanan Yesus memberikan keseimbangan yang sempurna antara hukum dan kasih karunia. Kesaksiannya adalah dasar pemikiran yang tertinggi untuk menjelaskan kesesuaian antara keadilan dan belas kasihan.

Dan sementara Dia di sini Dia mengatakan kepada kita bahwa hanya mereka yang sadar mengabaikan pemberian kasih karunia yang cuma-cuma yang akan kehilangannya; bahwa bukanlah kehendak-Nya jika ada yang binasa, melainkan agar semua dapat memiliki hidup yang kekal; bahwa api keadilan yang menyala itu hanya bagi mereka yang dengan sengaja menyembunyikan talenta mereka, yang sengaja menimbun sumber daya mereka, yang secara sadar menolak undangan-Nya untuk pemuridan.

Salib, tentu saja, adalah peryataan-Nya yang tertinggi. Di sana, keadilan dibayar—karakter keadilan sepenuhnya dibebaskan dari tuduhan, tuntutan atas umat manusia sepenuhnya terpenuhi, hukuman yang kekal terpenuhi, prinsip yang dinyatakan benar-benar masuk akal, dan karunia-Nya selalu tersedia.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan