Saksi Kita yang Logis
"Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan- menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga"(Matius 5:19).
Usaha Setan untuk merusak citra Allah membuatnya berusaha menggambarkan Bapa di satu sisi sebagai makhluk yang keras, dan di sisi lain sebagai makhluk yang permisif.
Yesus datang untuk bersaksi menentang kedua klaim palsu tentang karakter Allah tersebut Pertama, Dia secara terbuka menyerang kecenderungan para pemimpin Yahudi yang membuat perintah Allah sebagai penindasan. Dia menunjukkan aturan-aturan yang terlalu berlebihan yang mereka tumpuk pada hukum yang mereka buat—aturan dibuat untuk memperbudak orang lain demi keuntungan pribadi. Yesus mengajarkan penurutan yang lebih baik; Yang berdasarkan kasih, bukan perbudakan yang tunduk terhadap tradisi atau sehubungan dengan takhyul dalam kebudayaan. Dia mengajarkan bahwa kebencian adalah pembunuhan, bahwa nafsu adalah perzinaan, dan bahwa Bapa jauh lebih peduli dengan apa yang ada di dalam hati daripada apa yang terlihat di depan mata Dia juga bersaksi menentang kejahatan yang Setan nyatakan—ide bahwa Tuhan lembek terhadap dosa dan tidak benar-benar peduli terhadap penurutan yang rinci. Yesus menjawab penyimpangan itu dengan membuat jelas bahwa Dia telah datang untuk menggenapi dan menjunjung tinggi semua aspek hukum— bukan untuk menghancurkan atau mengambil “satu iota atau satu titik” dari kuasanya (Mat. 5;17-20)—dengan mengingatkan kita bahwa kita harus “menjadi sempurna” sebagaimana Bapa di surga adalah sempurna (ayat 48) dan dengan mengajarkan bahwa hanya dengan memasuki gerbang lurus maka keselamatan itu dimungkinkan (Mat 7:13).
Mengapa Tuhan begitu terinci? Karena bahkan penyimpangan terkecil dari kehendak-Nya memiliki efek negatif atas kita dan atas karya ciptaan-Nya. Dia begitu rinci karena ia tahu bahwa kejahatan itu menular dan harus dihapuskan dari alam semesta-Nya yang kudus. Dia begitu terinci karena dia sempurna, dan ketidaksempurnaan asing bagi sifat-Nya yang kudus.
Generasi kita tidak kurang dibutakan dan dibingungkan sehubungan dengan penurutan daripada pendengar di Palestina. Ada mereka yang hidup dalam kefanatikan, dengan membabi buta menanggapi tulisan hukum, dan ada orang yang menganggapnya longgar, percaya bahwa Tuhan terlalu murah hati untuk menilai dengan kritis, terlalu murah hati untuk menyediakan api neraka. Kematian Yesus adalah bukti utama bahwa Allah benar-benar serius dengan apa yang dikatakan-Nya—dan ini termasuk janji bahwa sementara “upah dosa adalah maut, ..karunia Allah adalah hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
"Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan- menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga"(Matius 5:19).
Usaha Setan untuk merusak citra Allah membuatnya berusaha menggambarkan Bapa di satu sisi sebagai makhluk yang keras, dan di sisi lain sebagai makhluk yang permisif.
Yesus datang untuk bersaksi menentang kedua klaim palsu tentang karakter Allah tersebut Pertama, Dia secara terbuka menyerang kecenderungan para pemimpin Yahudi yang membuat perintah Allah sebagai penindasan. Dia menunjukkan aturan-aturan yang terlalu berlebihan yang mereka tumpuk pada hukum yang mereka buat—aturan dibuat untuk memperbudak orang lain demi keuntungan pribadi. Yesus mengajarkan penurutan yang lebih baik; Yang berdasarkan kasih, bukan perbudakan yang tunduk terhadap tradisi atau sehubungan dengan takhyul dalam kebudayaan. Dia mengajarkan bahwa kebencian adalah pembunuhan, bahwa nafsu adalah perzinaan, dan bahwa Bapa jauh lebih peduli dengan apa yang ada di dalam hati daripada apa yang terlihat di depan mata Dia juga bersaksi menentang kejahatan yang Setan nyatakan—ide bahwa Tuhan lembek terhadap dosa dan tidak benar-benar peduli terhadap penurutan yang rinci. Yesus menjawab penyimpangan itu dengan membuat jelas bahwa Dia telah datang untuk menggenapi dan menjunjung tinggi semua aspek hukum— bukan untuk menghancurkan atau mengambil “satu iota atau satu titik” dari kuasanya (Mat. 5;17-20)—dengan mengingatkan kita bahwa kita harus “menjadi sempurna” sebagaimana Bapa di surga adalah sempurna (ayat 48) dan dengan mengajarkan bahwa hanya dengan memasuki gerbang lurus maka keselamatan itu dimungkinkan (Mat 7:13).
Mengapa Tuhan begitu terinci? Karena bahkan penyimpangan terkecil dari kehendak-Nya memiliki efek negatif atas kita dan atas karya ciptaan-Nya. Dia begitu rinci karena ia tahu bahwa kejahatan itu menular dan harus dihapuskan dari alam semesta-Nya yang kudus. Dia begitu terinci karena dia sempurna, dan ketidaksempurnaan asing bagi sifat-Nya yang kudus.
Generasi kita tidak kurang dibutakan dan dibingungkan sehubungan dengan penurutan daripada pendengar di Palestina. Ada mereka yang hidup dalam kefanatikan, dengan membabi buta menanggapi tulisan hukum, dan ada orang yang menganggapnya longgar, percaya bahwa Tuhan terlalu murah hati untuk menilai dengan kritis, terlalu murah hati untuk menyediakan api neraka. Kematian Yesus adalah bukti utama bahwa Allah benar-benar serius dengan apa yang dikatakan-Nya—dan ini termasuk janji bahwa sementara “upah dosa adalah maut, ..karunia Allah adalah hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
0 komentar :
Post a Comment