KISAH DUA SAUL (BAGIAN 1)
“Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya” (1 Samuel 9:2).

    Tidakkah Anda ingin kita memilih presiden dengan cara yang sama sekarang ini, dengan membuang "undi? Pikirkan tentang semua pertentangan dan uang yang bisa kita hindari. Taruh nama-nama di dalam sebuah topi- tarik negaranya, tarik kotanya, dan tarik keluarganya, tarik orangnya. "Ibu- ibu dan bapak-bapak, inilah presiden Amerika Serikat!" Begitulah raja Israel pertama "terpilih." Tinggi, berkulit gelap, dan tampan dari suku Benjamin- bagaimanakah Anda bisa keliru? Tetapi mereka keliru, sangat buruk.
    Dalam bukunya Good to Great, Jim Collins mencatat para pemimpin paling sukses yang ia sebut para pemimpin"Tingkat 5: "Para pemimpin tingkat 5 adalah suatu pelajaran tentang dwi rangkap: Kesederhanaan dan kemauan; pemalu dan pemberani ....Mereka yang bekeijja dengan atau menu- lis tentang para pemimpin yang baik terus menggunakan kata-kata seperti tenang, rendah hati, sederhana, berhati-hati, pemalu, ramah, sikapnya ha- lus, apa adanya, tidak percaya dengan kesanggupannya sendiri; dan seterusnya" (hlm. 22-27). Para pemimpin paling sukses terkenal dengan keren- dahan hati mereka. Kalau saja Raja Saul- tetap setia kepada Allah, namun disayangkan ceritanya terurai begitu cepat. Terpilih karena ia itu kecil di rnatanya sendiri, ia ditolak karena ia menjadi segalanya di matanya sendiri. 
   Dengan catatan memalukan seperti itu, seorang bisa bertanya-tanyamengapa seorang ibu masih mau memberikan nama bayi laki-lakinya Saul. Tetapi di kota Roma di Tarsus, seorang ibu Ibrani dan suaminya yang seo-rang Farisi memilih nama itu untuk putra mereka yang barn lahir, dengan menjuluki dia "Paul" untuk buciaya Greco-Roma mereka. Seperti ayahnya, demikian j uga Saul belaj ar di sekolah Yerusalem agar akhirnya menjadi sar- jana Farisi dari hukum Taurat. Dan ia tidak suka kalah sebagaimana yang dia lakukan di sinagog Yerusalem ketika dikalahkan oleh orang muda lain, seorang Yunani yang menjadi murid Yesus dari Nazaret yang telah mati. Pelemparan batu kepada Stefanus, pertobatan Saulus sisanya adalahsejarah yang berapi-api dari pejuang Kristus yang pemberani.
    Satu kisah tentang dua Saul-yang satu mulai dari kerendahan hati dan berakhir dengan bunuh diri karena sombong, yang lain memulai dengan keyakinan diriyang pongah dan berakhir dengan kerendahan hati seperti Kristus. Perbedaan pentingnya? Bagairnana mereka berdua berespons pada kesengsaraan. Yang satu digerakkan 0leh hatinya, danyang lain ke atas. Dan pada pasal yang sedikit diketahui tentang penderitaan besar Paulus terle- taklah rahasia terbesar kerendahan hati dari semuanya. 


Sekolah Sabat 
"Pembuat Hukum adalah Hakim"

    Semua hukum Perjanjian Lama berasal dari Yesus. Hukum—hukum itu kadang-kadang disebut hukum Musa karena hukum-hukum itu diberikan melalui dia (2 Taw. 33:8,· Neh. 10:29), tetapi Yesuslah yang memimpin Israel melewati padang belantara dan menyampaikan Sepuluh Perintah kepada mereka di Bukit Sinai (lihat 1 Kor: 10:4). Pada Khotbah di Atas Bukit, Yesus menjelaskan menegaskan hukum  adalah Firman... menjadi manusia" (Yak. 4;12),dan melalui Firman~Nya kita akan dihakimi (Yoh 12:48)
  "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkua—sa menyclamatkan dan mem binasakan. Tctapi siapakah cngkau sehinggaengkau mau menghakimi scsamamu manusia‘?”’ (Mak. 4:12). Apakah yangayat—ayat berikut nyatakan tentang Yesus scbagai hakim kita? Yes. 33:22;11:1-5; 1br.4:15, 16; Why. 19:11-16.
  Hanya seseorang yang mengenal hukum dengan baik yang boleh menghakimi apakah sesuatu telah dilanggar atau tidak. Pengacara belajar bertahun—tahun sebelum mengambil kesimpulan, yang menguji kesiapan mereka sebelum memulaikan .praktik mereka. Ahli Taurat di zaman Yesus (yang kebanyakan ada- lah Farisi) juga belajar dengan tekun, dan bukan hanya hukum Musa tetapi juga tradisi-tradisi. Kenyataan bahwa Yesus tidak setuju pada kebanyakan tradisi ini yang menghasilkan konflik serius dengan para pemimpin. Tetapi sebagai Pmberi hukum-hukum ini, Ia layak untuk menjelaskan apa yang hukum-hukum itu maksudkan dan menilai apakah hukum—hukum itu dilanggar atau tidak. Jadi ketika Ia datang lagi, upahNya adalah memberikan kepada semua orang berdasarkan perbuatan mereka (Why. 22:12). Lebih jauh lagi, dengan mengambil rupa manusia, menghidupkan kehidupan tanpa desa, mati menggantikan kita, dan bangkit mengalahkan desa dan maut, Yesus sanggup. menyelamatkan kita dari dosa. ."Allah telah menyerahkan penghakiman itu selurulmya kepada Anak, karena tak dapat disangkal Ia adalah Allah yang dinyatakan dalam daging."Allah telah merencanakan supaya Raja orang-orang yang menderita sebagai manusia harus menjadi hakim seluruh dunia. Ia yang datang dari istana sorga untuk menyelamatkan manusia dari kematian yang kekal;   la yang menyerahkan dirinya untuk diadili di depan pengadilan dunia, dan menderita kematian di kayu salib yang memalukan, Ia sendirilah: yang mengurnumkan keputusan terakhir pahala atau hukuman." Ellen G. White, Maranatha, hlm.341. Sebagai Pembuat hukum dan Juruselamat, Kristus layak menjadi Hakim atas kita.
    Kita akan menghadapi salah satu, apakah kehidupan atau penghukuman. Apakah satu-satunya upah yang anda harapkan untuk dimiliki?

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan