Kelupaan Allah
“Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (Mazmur 130:3).
Orang-orang di daerah Timur Dekat kuno memiliki ingatan yang panjang.Karena pribadi-pribadi dyadic yang membentuk masyarakat dan karena kehormatan menjadi sebuah kebutuhan penting bagi mereka (terutama kaum pria), pembalasan utang darah menjadi praktik yang umum untuk mempertahankan kehormatan keluarga. Dendam kesumat itu diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan hari ini di banyak budaya, orang masih menaruh dendam untuk kesalahan yang dilakukan berabad-abad yang lampau. Pengampunan dalam budaya dyadic tidak dapat diperoleh dengan mudah.
Penulis Mazmur 130 menggambarkan TUHAN, bertolakbelakang dengan gambaran masyarakat di atas. Meskipun ada ayat-ayat tertentu yang membuat kita percaya bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, ada hal-hal tertentu pula yang tidak diingat oleh-Nya. Sebagai contoh, Ia tidak mengingat lagi dosa yang telah dilupakan-Nya. Dan di dalam ayat hari ini. kita belajar bahwa "jika... TUHAN, mengingat-ingat kesalahan... siapakah yang dapat tahan?" Bahasa yang digunakan di sini menunjukkan bahwa Allah tidak menyimpan sampai anak cucu kesalahan seseorang—tentu saja dengan asumsi, bahwa orang itu mengakui dosanya. Allah mungkin, seperti ditunjukkan dalam ayat-ayat lain di Alkitab, menyimpan catatan dosa-dosa, tetapi catatan itu tidaklah abadi. Menurut kitab Mazmur, meskipun Allah menjagai Israel (Mzm. 121:4), Ia tidak menyimpan catatan kesalahan mereka.
Karena sikap Allah maha pengampun dan belas kasihan-Nya yang selalu hadir—la tidak mengawasi dosa kita dengan saksama—kita menyembah Dia. "Pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang” (Mzm. 130:4). Mazmur 86:5 menggambarkan TUHAN sebagai Allah yang "baik dan suka mengampuni." (Kata kerja sallach yang berarti "mengampuni, jarang ditemui di dalam Alkitab, dan menarik sekali bahwasanya Perjanjian Lama hanya memakai kata itu untuk Allah. Hanya Allah yang mengampuni, bukan manusia.)
Demikian pula Mazmur 130 berakhir dengan nada tinggi. "Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya” (ay. 7. 8).
Untuk orang-orang di dalam budaya yang gemar mengingat-ingat kesalahan dan melanggengkan permusuhan, gambar Allah yang dipotret oleh pemazmur di sini menjadi sebuah pengingat yang menggembirakan. Dan sesuai perintah Yesus berabad-abad kemudian, itu niscaya sangat bermanfaat untuk diteladani.
0 komentar :
Post a Comment