Bagaimana Dengan Masa Depan?

“...Waktu dan nasib dialami mereka semua" (Pengkhotbah 9:11).

Apakah peranan kita dalam turun naiknya—kehidupan ini? Kita tidak dapat mengubah masa lalu, karena apa yang sudah terjadi berada di luar kendali kita. Tetapi bagaimana dengan masa depan? Apakah sudah ditentukan? Adakah itu berada di luar kendali kita juga? Lalu ada masa kini, yang berlaku hanya sementara. Apakah segala yang berlangsung saat ini kering dan layu begitu saja? Dapatkah kita memengaruhi masa kini seperti juga masa lalu atau kejadian-kejadian mendatang?

Ayat pertama di dalam Pengkhotbah 3 tak asing lagi bagi kita semua:

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” Ayat-ayat berikutnya bahkan telah menjadi syair nyanyian: "Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam: ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan: ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun: ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa: ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk: ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek. ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai” (ay. 2-8).

Bahasa dan konteks ayat-ayat ini nampak seperti mendukung predestinas'— segala sesuatu yang terjadi telah ditentukan sejak semula. John Calvin mengajarkan bahwa sejak kekekalan Allah dengan ajaib telah menentukan setiap kejadian. Tugas kita adalah untuk memahami kejadian-kejadian itu dan menyesuaikan sikap kita. Tapi apakah sesungguhnya hanya itu? Nampaknya masih ada lagi. Bahkan Ooheleth, yang dikenal di kalangan pelajar Alkitab sebagai penulis kitab Pengkhotbah. mengakuinya. Ayat Alkitab hari ini menunjukkan bahwa beberapa hal terjadi karena kebetulan, dan kejadian-kejadian acak ini dialami oleh kita semua.

Lama sebelum kitab Pengkhotbah ditulis. Yosua menantang: "Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” (Yos. 24:15). Sebagian besar perilaku kita mungkin ditentukan oleh pembawaan genetis, naluri, dan pendidikan yang kita terima. Tetapi kita tidak sepenuhnya berada di bawah belas kasihan DNA atau takdir. Kuasa kita untuk memilih dapat menyeimbangkan ketidakmampuan kita mengendalikan, dan karenanya kita dapat memengaruhi masa depan. Sebagai umat manusia yang menyandang gambar Allah, kita memiliki "kuasa untuk berpikir dan bertindak" (Education. hlm. 17). Tugas kita untuk melakukannya... hari ini.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan