Penyombong

“Karena tiga hal bumi gemetar, bahkan, karena empat hal ia tidak dapat tahan” (Amsal 30:21).

Selama abad ke-13 Horatio Alger telah menulis 135 novel. Satu alur cerita yang menjadi hampir identik dengan namanya adalah ketika seorang bocah miskin, karena kejujuran dan etos kerjanya, "berhasil." Kisah semacam itu membuat pembaca puas dengan keyakinan bahwa seorang "pecundang" yang jujur dapat bangkit dari keterpurukannya.

jika hal seperti itu terjadi—dan kadang-kadang memang terjadi—ada sebuah sisi lain dari peristiwa "dari gelandangan jadi orang kaya" tersebut. Tidak setiap orang bisa membawa diri dalam keberhasilannya, dan kepada merekalah Amsal 30:21-23 ditujukan dalam kata-kata: "Karena tiga hal bumi gemetar, bahkan. karena empat hal ia tidak dapat tahan.” Penulis Alkitab mungkin bersalah karena telah menyama-ratakan. atau mungkin ia berbicara sesuatu secara sambil lalu. Namun demikian, kita umumnya barangkali telah menjumpai setidaknya satu dari tiga—bukan empat—contoh di bawah ini.

Contoh pertama adalah “seorang hamba, kalau ia menjadi raja" (ay. 22). Seseorang yang terbiasa menyembah-nyembah karena posisinya yang rendah namun tiba-tiba, karena putaran nasib yang ironis, menempati posisi penuh kuasa. nampaknya akan mengalami perubahan kepribadian.

Kasus kedua yang serupa adalah "seorang bebal, kalau ia kekenyangan makan" (ay. 22). Ungkapan ini menggambarkan seseorang yang biasanya kekurangan lalu secara tiba-tiba berkecukupan. Salah satu pernyataan untuk menggambarkan orang seperti ini adalah "orang kaya baru."

Ilustrasi yang ketiga adalah ketika "seorang wanita yang tidak disukai orang, kalau ia mendapat suami” (ay. 23). Perawan tua yang terkenal itu akhirnya menikah! Kita tak tahu mengapa ia melajang begitu lama, tapi wanita yang sebelumnya tidak laku-laku itu akhirnya ada yang menyukai.

Contoh yang keempat berbicara tentang “seorang hamba perempuan, kalau ia mendesak kedudukan nyonyanya” (ay. 23). Kisah Alkitab tentang Hagar, budak perempuan Sarai, tiba-tiba muncul dalam ingatan kita.

Malangnya, perubahan keadaan yang mendadak tidak selalu berakhir bahagia—paling tidak bagi mereka yang tetap di posisi rendah. Terlalu banyak orang kaya baru yang menjadi sombong. Kadang-kadang kita berasumsi bahwa mereka telah menjadi terlalu tinggi dan hebat di mata mereka sendiri. Namun yang benar adalah bahwa kesombongan mereka yang tak tertahankan itu muncul dari kurangnya rasa percaya diri, yang menjadikan mereka sebagai sasaran simpati bukan antipati kita.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan