Adakah Harapan bagi Mereka yang Bertindak Bodoh?

“Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palunganyang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya” (Yesaya 1:3).

Sangat sulit dipercaya, tetapi TUHAN yang telah lama menderita menyatakannya! Anak-anak-Nya telah menolak-Nya. Mengapa, bahkan seekor hewan dungu seperti keledai dan lembu saja menghargai perhatian yang dicurahkan pemilik mereka. Tetapi Israel tidak! Mereka bersikap lebih buruk daripada keledai jantan! Mereka menyembah berhala. Mereka mendambakan kejahatan dan mengabaikan keadilan, menambah duka kaum tertindas. Mereka menyiksa anak-anak yatim, menipu janda-janda. Namun mereka dengan lancang masih mempersembahkan hewan korban di bait suci, dan menyangka dapat menyenangkan hati Allah. Tapi Allah menghardik: ' Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?... 'Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran”' (Yes. 1:11).

Di masyarakat Timur Dekat kuno, para ayah tidak tahu cara memanjakan anak-anak mereka, joseph Blenkinsopp dalam tafsir Yesaya 1-39 Anchor Bible-nya berbicara tentang kerasnya hajaran yang harus diberikan TUHAN kepada anak-anak-Nya yang memberontak, yang demikian "keras hingga membahayakan, bahkan dalam ukuran kekerasan... di Timur Dekat kuno” (hlm. 183). Allah menggambarkan kondisi mereka setelah dihajar oleh-Nya. "Seluruh kepala sakit.... Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak” (Yes. 1:5. 6). Allah menaruh kata-kata di mulut anak-anak-Nya yang durhaka, dalam erang kesakitan. "Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom. dan sama seperti Gomora” (ay. 9).

Allah bahkan berkata bahwa telinga-Nya telah tuli terhadap mereka. “Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa. Aku akan memalingkan muka-Ku. bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya” (ay. 15). Sungguh tanpa harapan.

Tetapi lengking suara Allah melunak sedikit. "Marilah, baiklah kita berperka-ra!” (ay. 18). Blenkinsopp mengartikan bahwa Allah menginginkan mereka duduk di pengadilan untuk menghindari penderitaan lebih lanjut (hlm. 185). "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi. akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba. akan menjadi putih seperti bulu domba" (ay. 18). Allah menawarkan harapan bagi kita yang bertingkah seperti keledai jantan! Ketika kita meninggalkan cara hidup yang jahat (ay. 16) dan berbuat baik kepada mereka yang terpinggirkan. Allah—jika kita membiarkan-Nya menolong kita (ay. 19)—anugerah-Nya yang ajaib akan bekerja, menghapuskan noda kirmizi yang ditinggalkan dosa kita dan membuat kita seputih salju atau bulu domba.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan