Kesimpulan Semuanya

“Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (Pengkhotbah 12:13,14).

Seperti telah dicatat sebelumnya, banyak penekanan di dalam kitab Pengkhotbah yang nampaknya bertentangan dengan tradisi kebijaksanaan yang lebih konservatif di dalam kitab Amsal. Namun demikian perintah akhir di akhir kitab ini pastilah disetujui oleh para orang bijaksana tradisional.

Pernyataan penutup "akhir dari segala yang didengar" adalah istilah yang lazim untuk mengakhiri sebuah tulisan di ranah kesusasteraan Timur Dekat kuno, Ia adalah batu penjuru yang tepat, dan karena sifat konservatif dari nasihat yang mengikutinya, beberapa pelajar Alkitab berasumsi bahwa kata-kata penutup inilah yang menjadi tolok ukur dimasukkannya kitab Pengkhotbah di dalam kanon Alkitab.

Ringkasan tulisan dari segala yang telah didengar ini disebut mencakup "kewajiban setiap orang” (Pkh. 12:13). Kata-kata Ibrani yang digunakan di sini agak panjang lebar sehingga dapat diterjemahkan dalam beberapa cara, meskipun hanya merupakan variasi dari sebuah tema tunggal: "karena ini adalah kewajiban setiap manusia" (KJV, NIV, RSV). "ini adalah kewajiban setiap orang" (NLT). "ini berlaku untuk setiap orang" (NASB), "itu adalah kewajiban setiap orang" (NRSV). "tak ada lagi bagi manusia selain ini” (NEB), dan “ini adalah hal terpenting yang dapat dilakukan orang” (ICB).

Ada dua unsur yang membentuk kesimpulan itu. Keduanya pantas untuk mendapat penekanan, dan keduanya merupakan bahasa performatif, yaitu berupa perintah yang diharapkan bisa membuahkan hasil.

Pertama, "takutlah akan Allah.” Orang Ibrani memiliki alasan untuk memandang Allah dengan takjub karena ketegasan-Nya. tetapi gagasan takut di sini mencakup lebih dari sekadar kengerian belaka. Terbungkus di dalam perintah itu adalah rasa hormat kepada Allah. Kata "takut” dapat juga diterjemahkan dengan kata kerja "hormat” atau "takzim."

Kedua, "berpeganglah pada perintah-perintah-Nya” (ay. 13). Jika frasa pertama menasihatkan sebuah sikap, maka yang kedua mendorong suatu tindakan. Menghormati TUHAN mensyaratkan kepatuhan kepada-Nya. Memang di alam pikiran orang Ibrani, pikiran dan perbuatan berjalan seiring. Yang satu menuntun yang lain.

Penulis kitab Pengkhotbah juga memberikan motivasi untuk sikap takut akan Allah dan perilaku yang mematuhi kehendak-Nya itu. TUHAN melihat semua dan memperhatikan tindakan kita, meminta pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan, baik yang terlihat atau tersembunyi, baik atau buruk.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan