Sakit Dahulu, Senang Kemudian

"Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya" (Ibrani 12:11).

Belajar dari kehidupan yang tiada sakit, tidak ada yang didapat. Bertahun-tahun program sekolah dan tempat tinggal menyakitkan menjadi pendahuluan karier sukses seorang ahli bedah saraf yang hebat—tanyakan saja kepada Ben Carson. Latihan maraton selama bertahun-tahun, dan latihan itu begitu ketat, mejadi permulaan usaha yang memerlukan tahun-tahun kerja sepenuh hati sebelum seseorang berpindah dari merencanakan usaha kepada usaha yang matang. Bagi Lynn Hill, pendakian sehari ke puncak gunung batu El Capitan memerlukan bertahun-tahun disiplin dan praktik yang berdedikasi serta latihan. Untuk membentuk sebuah republik yang merdeka, orang harus memiliki visi dan berjuang untuk itu, memberikan semua yang mereka miliki.

Setelah pelaut bertempur dengan angin dan gelombang selama berhari-hari, menjaga perahu mereka tetap terapung selama badai mengamuk, datanglah ketenangan. Bersakit-sakit dulu bersenang-senang kemudian. Simson pada mulanya membunuh singa, kemudian menemukan madu. Setelah Daud mengusir orang Kanaan, maka negeri itu menjadi tenang. Orang-orang Ibrani yang dikasihi pertama berjalan melalui kegetiran, namun kemudian menyatakan menyembah Allah di surga. Kekecewaan besar mendahului harapan baru dari pekabaran tiga malaikat. Kita harus membersihkan lahan, menyiapkan tanah, dan menabur benih sebelum kita dapat menuainya.

Jadi, mengapa kita mengharapkan kehidupan Kristen kita berbeda? Apa sajakah pencobaan dan penderitaan yang kita alami sekarang, yang bisa jadi terlalu besar karena memikirkan apa yang kita berharap? Pikirkan saja suara nyaring dan membahana dari bunyi terompet pada kebangkitan pagi itu. Pertimbangkan setiap reuni yang Anda akan alami bersama orang-orang yang dicintai pada pagi sukacita. Dari sana kita bangkit untuk bertemu Yesus muka dengan muka di awan. Bayangkan perjalanan ke Kota Suci. Saat Anda mendekati kota itu, Anda akan melihat kecemerlangan. Anda akan menjelajahi jalan-jalannya, berjalan di tepi laut kaca, dan berjalan-jalan di taman-taman di mana tidak ada sampah, tidak ada kejahatan, tidak ada hembusan dingin atau udara lembap panas yang menyesakkan. Mencari rumah baru, Anda akan berjalan dari kamar ke kamar, melihat pemandangan dari balkon. Tidak akan ada masalah seperti di bumi yang gelap ini yang bisa mendekat dan menjadi begitu besar sehingga saya menyerah.

Tuhan, ketika saya berkecil hati dan depresi, ingatkan saya bahwa rasa sakit dan penderitaan yang Engkau telah lalui itu tidak berarti dibandingkan dengan sukacita karena membawa saya pulang ke rumah.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan