Navigasi

"Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku" (Ibrani 3:10).

Saya berada jauh di dalam hutan hujan Amazon dengan sekelompok mahasiswa, mengikuti pemandu jejak. Satu jam atau lebih mendaki, beberapa siswa tertinggal untuk mengambil foto-foto katak kecil beracun. Dalam waktu singkat kami berpisah menjadi dua kelompok, satu dengan pemandu dan satu tanpa pemandu. Saya memilih bersama rombongan belakang untuk memastikan mereka tidak tersesat. Tetapi masalahnya adalah saya belum pernah menuruni jalan setapak ini sebelumnya. Kami semua pemula dalam hutan ini. Jadi ketika jejak terbagi, apakah ada seseorang yang dapat menebak jalur tepat untuk diikuti? Apakah yang harus dilakukan? Lapisan demi lapisan daun-daun pepohonan menghalangi cahaya matahari. Cahaya redup di mana-mana, menghapus petunjuk posisi matahari. Jika Anda pernah kehilangan arah untuk beberapa menit, maka Anda tahu bagaimana perasaan tak berdaya menguasai Anda.

Penjelajah kuno pergi ke laut yang tidak dapat dijejaki dengan perahu kayu balsa mereka, berlayar dengan akurat dari satu kepulauan Pasifik ke pulau yang lain. Dalam karya epiknya, Kon-Tiki, Thor Heyerdahl mengisahkan para pelaut mula-mula yang hanya berbekal perasaan dan ombak yang menyentuh kaki mereka, maka mereka dapat mengenali gelombang dari pulau-pulau yang tidak ter-. lihat melampaui cakrawala. Dia berpendapat bahwa mereka ahli dalam navigasi karena indera mereka yang disetel untuk menerima isyarat penting. Hanya dengan bintang-bintang dan perasaan mereka terhadap angin dan gelombang, mereka bisa menentukan sebuah pulau di hamparan laut yang luas.

Hal yang sama juga berlaku bagi mereka yang mengadakan perjalanan melintasi gurun yang luas dengan kereta unta mereka. Tanpa peta atau kompas atau GPS, mereka mengenal bintang-bintang, dan itu penting ketika bukit pasir bergeser, karena mereka disetel untuk menggunakan isyarat navigasi yang berguna.

Sebelum GPS ada, saya ingat saya mampu menemukan jalan melalui kota asing dengan memerhatikan peta dan jalan. Kemudian, setelah sekali atau dua kali melaluinya, saya bisa kembali tanpa peta. Tapi hari ini dengan unit GPS yang dapat diandalkan dan di mana-mana, saya menyadari, seperti banyak orang lain, saya kehilangan rasa untuk menentukan arah, karena saya sekarang bergantung pada isyarat yang berbeda. t

Apakah alat bantu navigasi yang memandu perjalanan rohani saya? Apakah saya akan memerhatikan, ataukah saya akan terombang-ambing? Sama seperti dalam kehidupan, saya harus memerhatikan isyarat yang dapat diandalkan, atau saya akan segera hilang.

Tuhan Yesus, pimpinlah saya pulang. Saya suka firman-Mu yang dapat dipercaya, kekuasaan dan persahabatan Penghibur-Mu, dan ketergantungan pada suara kecil-Mu yang tetap. Terima kasih, Yesus.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan