Pilihan Berisiko

"Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom" (Kejadian 13:12).

Lot membuat pilihan yang salah. Dataran yang banyak air, padang rumput hijau, pemandangan danau, pemandangan gunung, dan semua keuntungan fisik lainnya yang memikat, tetapi karena dekat dengan sodom, Lot berada pada posisi bahaya. Saat Allah menghancurkan kota yang jahat itu, Lot melarikan diri, tetapi tidak dengan keluarganya.

Tidak, Lot tidak memilih Sodom, tetapi dia mengambil risiko ketika dia setuju tinggal di sana. Penyesalannya yang dalam, merupakan peringatan yang keras bagi kita, pilihannya menyebabkan kehancuran bagi semua orang yang dia sangat kasihi. Tidak hanya istrinya, yang menengok ke belakang sehingga menjadi tiang garam, tetapi sebagian besar anak-anaknya, merupakan harta yang sangat berharga dan pada setiap hati orangtua, pasti merasa sangat sedih.

Dalam menggambarkan keruntuhan Sodom dan Gomora, George Adam Smith menulis: “Makam Sodom dan Gomora adalah makam yang mengerikan dalam sepanjang perjalanan sejarah Alkitab. Ini adalah yang paling terkenal dan standar penghakiman atas dosa. Kisah ini diceritakan dalam Kejadian; kemudian diterapkan dalam kitab Ulangan, dihubungkan dengan kitab Amos, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan Zefanya serta dalam Ratapan. Tuhan kita menyertakan Sodom dan Gomora lebih dari sekali untuk menyatakan penghakiman. Dia mengancam kota yang menyia-nyiakan pekabaran Firman Tuhan, dan kita akan merasakan panasnya api karena kelancangan kita.... Paulus, Petrus, menyebut hal itu. Dalam kitab Wahyu, kota dosa secara rohani disebut Sodom” (The Archaeological Bible Supplement, Thompson Chain-Reference Bible, hlm. 360).


Walaupun reruntuhan Sodom telah hilang, kesilauan dari kebakaran yang merusak masih menyala pada halaman Firman yang Tertulis, mendesak kita untuk berdoa seperti yang Kristus ajarkan: “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Sodom adalah pengingat bagi orang Kristen bahwa adalah lebih baik mengambil risiko untuk hidup sederhana, melarat, tidak nyaman, kelas rendah dalam bermasyarakat, sebagaimana Tuhan telah nyatakan, daripada menikmati keuntungan secara materi dan sosial namun hidup seperti orang fasik. Tetapi hal-hal rohani hanya dapat dinilai secara rohani (1 Korintus 2:14), itu adalah sikap yang dapat dibuat dan dapat dipertahankan hanya dengan persekutuan setiap hari dengan Kristus. Hanya melalui hubungan pribadi seperti itu yang akan melekat dan mengikat kita kepada Yesus, kota perlindungan kita, pertahanan kita, sumber berkat, memberikan sesuatu yang lebih baik.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan