Kehendak Kita


"Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik" (Roma 7:18).

Bagian ketiga mesin moral kita adalah kehendak. “Kemauan adalah kuasa yang memerintah dalam sifat alamiah manusia, kuasa untuk mengambil ke-putusan, atau memilih. Setiap manusia yang memiliki pertimbangan mempunyai kuasa untuk memilih yang benar” (Membina Pendidikan Sejati, hlm. 271). Oleh karena selera dan pertimbangan saling bertentangan, diputuskan oleh kehendak. Hal ini memicu unsur pilihan; kita menekan tombol ketika pertimbangan telah ditetapkan yang artinya untuk memenuhi keinginan selera.

Para filsuf moral Yunani dan Roma tahu tentang keinginan dan pertimbangan. Sebagian besar konsep mereka adalah untuk kewarganegaraan yang baik termasuk konsep yang bermanfaat untuk meningkatkan keinginan manusia (keinginan dan pertimbangan kita) , Namun, hal itu diserahkan kepada Kekristenan untuk menyelesaikan gambarannya melalui mengidentifikasi kemuan sebagai unsur penentu keputusan moral.

Hal itu telah diserahkan kepada Rasul Paulus untuk membawa kita kepada pemahaman paling jelas. Salah satunya adalah pernyataan dalam Roma 7:18 Di sini  ia menyoroti peran kemauan dalam pengambilan keputusan Sebagai berikut; 'Saya menghendaki, tetapi saya tidak dapat melakukan, apa yang benar”‘ (Good speed); kehendak memerintahkan untuk melakukan yang benar tetapi tidak ada kuasa untuk melakukannya” (Weymouth); “tidak peduli ke mana saya berbalik, saya tidak dapat menjadikan diri saya benar. Saya ingin melakukannya, tetapi saya tidak bisa (TLB); “saya memiliki kemauan untuk melakukan apa yang baik, tetapi saya tidak dapat melaksanakannya” (NIV); saya menghendaki apa yang benar, tetapi saya tidak dapat melakukan itu" (RSV); “keinginan-ada, tetapi tidak ada kuasa melakukan apa yang benar” (Moffatt) dan, “kehendak hadir dalam saya, tetapi tidak untuk melakukan apa yang baik” (NASB).

Mengenai pengalaman Paulus, untuk zaman modern ini Rasul menuliskan, “Keinginan dan kemauannya setiap hari bertentangan dengan tugas dan kemauan Allah” [Membina Keluarga Sehat, hlm. 417). Semuanya dipenuhi dengan kesaksian penyesalan dari Agustine yang kemudian mengaku, “saya berbuat dosa meskipun saya tidak berkemauan untuk berbuat dosa.”

Rahasia kemenangan adalah memberikan kemauan kita kepada Kristus. Dengan melakukannya, kita akan menjadi satu dengan Dia di dalam maksud dan kehendak. Hanya ketika Yesus datang dan manusia ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan kekal, kita akan bebas dari pertempuran dengan kejahatan. Sementara itu, penyerahan kita setiap hari akan memberikan hasil yang baik dalam mengatasinya dengan kuasa dari Dia yang dalam penyerahan sepenuhnya, mengatakan “Bapa,... bukankah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42).

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan