Kepuasan yang Tertunda

"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi" (1 Korintus 9:25).

Keputusan yang tertunda—kerelaan untuk menderita sekarang ini untuk mendapatkan keuntungan di masa depan, berkorban untuk menikmatinya kemudian, hadiah kekal—merupakan suatu pilihan sulit bagi manusia. Bagaimanapun, pada zaman modern sekarang ini, pilihan itu telah menjadi lebih sulit karena keinginan “instan” memengaruhi keputusan kita. Kita hidup dalam masyarakat yang menginginkan kepuasan secara langsung; suatu generasi yang sangat kuat dipengaruhi oleh perkataan “jika saya melihat itu baik, saya membelinya”; “jika itu terasa baik, saya memakannya”; “jika saya merasa itu baik, saya lakukan”—kita sangat sulit untuk menunggu.

Generasi kita telah menjadi terbiasa dengan berita instan, uang tunai instan, komunikasi instan, makanan instan, pernikahan instan, perceraian instan, ijazah instan, dan kontrak instan. Kita bahagia ketika kita menerima layanan cepat di bank, bandara, dan jalur keluar yang cepat dari pasar belanja.

Selama 14 tahun saya menjabat sebagai rektor di Oakwood College, Huntsville, Alabama, saya mendaftar dalam studi doktoral di Vanderbilt University di Nashville, Tennessee, sekitar 100 mil jauhnya. Persyaratan program termasuk sejumlah teori, kuno dan modern, ditambah pengetahuan membaca dalam bahasa Jerman dan Spanyol, dan tentu saja, disertasi yang akhirnya mengambil dua tahun untuk diselesaikan. Ada saat-saat saya tergoda untuk memilih tingkat yang lebih rendah; meninggalkan program yang panjang, melelahkan yang merupakan aturan universitas dan mendaftar pada aturan yang lebih mudah, “gelar tak bermutu,” saya pernah melihat berbagai jurnal yang diiklankan.

Pada sore hari musim semi, sementara letih berlatih struktur tata bahasa Jerman, saya menanyakan hal ini kepada guru saya, Prof. Robert Buyck. Responsnya adalah “Saudara Rock—Anda serius ingin mendapatkan gelar.” Ya, tentu saja. Dan tidak bertahan dalam penderitaan, saya susah payah selama 10 tahun penuh. Hasilnya jauh melebihi apa yang mungkin telah dicapai atau apa yang saya bayangkan.

Apakah “gelar” yang sangat Anda impikan? Apakah Anda berani berharap untuk melakukan dengan usaha terbaik Anda, dalam mencapai pendidikan Anda, berhasil dalam keluarga Anda? Ayat kita hari ini mengingatkan kita bahwa jika Anda “mencari emas”—sementara atau kekal—pilihan yang mendesak adalah menderita sekarang untuk hadiah yang akan datang.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan