SEBUAH TANGGAPAN TIDAK NORMAL

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Lukas 1:38).

Maria bisa saja membuat banyak tanggapan pada percakapan pendeknya dengan malaikat itu. Tanggapan cukup normal adalah: "Apakah Anda kira saya gila? Apakah Anda sungguh mengharap saya muncul di depan umum dengan perut mengandung, memberitahu orang-orang yang suka menghakimi di dalam komunitas saya yang terbatas bahwa Roh Kudus membuat saya mengandung?"

Kita perlu masuk ke dalam tokoh-tokoh Alkitab. Memang terlalu mudah membaca kisah ini sebagai kisah yang terjadi pada orang-orang yang pada dasarnya berbeda dari kita. Tetapi itu salah. Tidak Alkitabiah. Kita harus tempatkan diri kita ke dalam kisah itu agar mengerti makna sebenarnya kisah itu. Apakah yang akan Anda rasakan jika itu terjadi pada diri Anda atau anak perempuan Anda? Bagaimanakah tanggapan Anda?

Philip Yancey menanyakan, "Seberapa kalikah Maria merenungkan kata-kata malaikat itu ketika dia merasakan Putra Allah menendang-nendang dinding rahimnya? Seberapa kalikah Yusuf menerka pertemuannya lagi dengan malaikat (mungkin lewat mimpi), ketika dia sangat merasa malu tinggal di antara orang-orang sekampung yang jelas-jelas nyata melihat perubahan pada diri tunangannya?"

Dan Malcolm Muggeridge menyatakan, di zaman kita, dengan klinik-klinik bersalin yang menyediakan cara-cara yang baik untuk menutupi “aib” yang mempermalukan keluarga, “Karena kenyataan tersebut dalam situasi yang ada, maka sangat tidak mungkin Yesus akan mengizinkan diri-Nya dilahirkan. Kehamilan Maria, dalam kondisi miskin, dan karena ayah yang tidak diketahui, bisa saja secara pasti menempuh cara aborsi, dan dengan alasannya bahwa dia hamil karena intervensi Roh Kudus maka akan merujuk dia perlu mendapatkan perawatan psikiatris, dan alasan yang semakin kuat untuk menggugurkan kehamilannya. Dengan demikian, dari generasi yang pernah ada maka generasi kita barangkali lebih membutuhkan seorang Juruselamat, akan terlalu manusiawi mengizinkan Juruselamat itu dilahir-kan."

Ini merupakan tanggapan-tanggapan yang wajar. Tetapi, kita dapat bersyukur selama-lamanya karena Maria melalui iman menyatakan dirinya hamba Allah yang siap menderita dari akibat-akibat untuk mengabdi kepada Tuhannya.

Dan dia menentukan pola bagi mereka semua yang akan menerima Putranya dan hidup melalui iman di dalam-Nya. Mereka tidak normal menurut kaidah dunia, tetapi normal bagi mereka yang mengikuti Allah. Seperti Tuhan mereka, mereka berbeda.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan