MEMILAH PEMIKIRAN MENGENAI KRISTUS YANG ILAHI

"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (Kolose 1:17).

Dua pernyataan mengejutkan mengenai Yesus. Pertama, Dia sudah ada "terlebih dahulu dari segala sesuatu." Dia sudah ada sejauh yang mungkin kita dapat bayangkan ke masa lalu. Tidak pernah ada waktu di mana Dia tidak ada. Keberadaan-Nya bersamaan dengan keberadaan Bapa dan Roh. Yesus kemungkinan hanya hidup 33 tahun sebagai manusia, tetapi periode pendek itu nyaris tidak terlihat sebagai noktah terkecil pun pada garis waktu dari keberadaan kekal-Nya.

Pernyataan kedua juga mengejutkan. Yesus bukan saja ada “terlebih dahulu dari segala sesuatu," tetapi “segala sesuatu ada di dalam Dia." Kita harus membaca pemikiran itu dalam konteks ayat sebelumnya, yang menyatakan, "di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol. 1:16).

Perhatikan kata segala yang kuat itu dalam ayat 16 dan 17: (1) "Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu." (2) Yesus ada "terlebih dahulu dari segala sesuatu," dan segala sesuatu ada di dalam Dia. (3) "Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." (4) "Segala sesuatu ada di dalam Dia."

Implikasi dari poin keempat adalah, Kristus bukan sekadar Pencipta semua yang ada, tetapi juga penopangnya. Dia bukan saja menjadikan segala sesuatu, tetapi Dia memeliharanya setiap saat.Paulus menggambarkan Kristus Ilahi dengan kata-kata paling kuat. Beberapa orang mungkin bertanya, “Tetapi bagaimana tentang ayat 15, yang secara gamblang menyatakan Kristus adalah yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan'"?

Itu pertanyaan bagus, terutama karena banyak orang sepanjang sejarah Kristen telah menggunakan ayat itu dalam suatu upaya menggambarkan Kristus adalah sosok yang diciptakan dan bukan sepenuhnya Ilahi, dengan demikian menjadikan doktrin Tritunggal sesuatu yang murahan.

Di sini kita perlu memeriksa konsep Alkitabiah tentang sulung. Memang kata itu dapat mengacu kepada garis kelahiran, yang jelas bukanlah artinya dalam konteks ayat 17, Yohanes 1:1, dan banyak perikop lainnya tentang Keilahian Kristus. Sebaliknya, sulung di sepanjang Alkitab berarti pertama di dalam tingkatan. Kita melihatnya diilustrasikan berkali-kali oleh kewibawaan dan kedudukan yang dipegang oleh yang sulung dalam keluarga-keluarga biasa maupun kerajaan. Itulah yang Paulus nyatakan tentang kedudukan paling tinggi untuk Kristus. Kemudian dia menggambarkan keutamaan itu dalam Kolose 1:16 dan 17.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan