SAMBUTAN NEGATIF TERHADAP YESUS

"Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah...; dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.... Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: ‘Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.’... Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah” (Matius 2:3-16).

Herodes "terkejut." Memang, setiap raja akan bersikap demikian terhadap laporan tentang kelahiran seorang anak yang akan menduduki takhtanya. Tetapi Herodes memiliki lebih banyak alasan lagi untuk terkejut dan khawatir daripada sebagian besar raja, dan lagi penyebabnya karena dia bukan orang Yahudi. Dia kelahiran Idumea (satu etnis Edom purba). Tetapi, dia Yahudi melalui profesinya dan kewarganegaraannya. Roma juga telah menetapkan dia sebagai raja orang Yahudi pada 37 Sebelum Masehi. Agar dirinya bisa lebih diterima orang Yahudi yang ia perintah, maka Herodes menikahi Mariamne, pewaris garis kerajaan Yahudi.

Mempertimbangkan semuanya itu, maka Herodes adalah suatu perpaduan ketidakmantapan yang berubah-ubah pikiran, dengan banyak sekali hasrat untuk berkuasa, dan dengan kecurigaan yang hampir menggila terhadap orang lain-semua itu membuat dia zalim apabila dia merasakan ada ancaman terhadap kedudukannya.

Siapa saja yang mengancam dia, maka dia serta-merta akan habiskan. Segera setelah menjadikan ipar laki-lakinya imam besar, Herodes membuatnya “dengan tak sengaja” tenggelam dalam empang istana. Mariamne, istri kesayangannya, segera senasib seperti saudara laki-lakinya ketika Herodes mencurigai bahwa sang istri ini berkomplot terhadapnya. Ketakutan itu mengakibatkan kematian dua putranya. Dan lima hari sebelum kematiannya (sekitar di saat Yesus dilahirkan), ia memerintahkan agar putranya yang ketiga, putra sulungnya, dieksekusi. Kaisar Agustus menyatakan bahwa lebih aman menjadi babi Herodes daripada menjadi putranya.

Inilah seorang raja yang tidak memperbolehkan tantangan ataupun ancaman terhadap kekuasaannya. Dan di dalam teritori Herodeslah Yesus dilahirkan. Maka tidak mengherankan penguasa ini “terkejut” oleh pertanyaan orang-orang Majus, “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” (Mat. 2:2). Kita pun tidak akan heran menemukan dia membunuh semua balita laki-laki di Betlehem yang berusia di bawah 2 tahun sebagai upaya untuk menghabiskan seorang yang akan menjadi saingannya.

Sementara kita dapat menerima sikap positif orang-orang Majus terhadap Yesus, kita juga dapat mengerti keputusan negatif dari Herodes. Jadi, dalam diri kita masing-masing ada seorang Herodes yang ingin menjadi raja atau ratu bagi kehidupan kita.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan