"KASIH YANG KUAT" DARI YESUS

“Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak, bagaimana menurutmu akan kamu hindari hukuman ke tumpukan sampah?... Yerusalem, Yerusalam! Engkau membunuh nabi-nabi dan merajam orang-orang yang diutus kepadamu. Berkali-kali aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk burung mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya-dan kamu tidak pernah mau. Yang tersisa bagimu sekarang adalah rumahmu. Aku berkata kepadamu bahwa kamu tidak akan melihat-Ku lagi, hingga hari kamu berseru, ‘Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!’” (Matius 23:33-39, versi Phillips).

Beberapa anggota gereja sangat keras ketika menghukum orang lain. Kepedulian mereka adalah tentang kemurnian, perilaku benar, musik yang tepat, dan diet yang disucikan. Mereka pikir tidak masalah mengucapkan apa saja yang ada di dalam pikiran mereka. Dan akibatnya adalah orang-orang muda tidak mau hadir lagi, anggota-anggota baru kecewa, dan siapa saja merasakan kerohanian demikian maka mulai berdoa bagi “orang-orang benar” itu dan untuk kelangsungan agama yang benar dalam jemaat.

Di sini kita perlu menyadari perbedaan antara keras dan kuat bagi kerajaan Allah dan memperlihatkan kasih yang kuat dalam roh Kristus.

Salah satu aspek tidak menguntungkan hanya berfokus pada firman yang tertulis adalah bahwa kita tidak dapat melihat ekspresi wajah dan mendengar nada suara. Saya rasa sukar membedakan antara roh kasih atau keculasan dan kekerasan. Kata-katanya bisa saja sama, tetapi makna yang sampai kepada kita berbeda sekali. Kita belajar dari Matius 23 bahwa Yesus termasuk di antara mereka yang tidak takut untuk menghadapi suatu kesalahan. Namun kita juga sekilas melihat roh di mana Dia berbuat demikian.

Apabila kita tergiur untuk memainkan peran sebagai “pasukan penggempur rohani,” maka kita perlu mempertimbangkan ayat-ayat yang menyoroti Yesus membeberkan teguran-teguran Matius 23. “Yerusalem, Yerusalem,... Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya” (ayat 37). Dalam kasih dan kepedulian, Yesus menyampaikan seruan terakhir-Nya kepada para pemimpin Yahudi untuk meninggalkan kerohanian palsu mereka dan berpaling kepada “perkara-perkara hukum yang lebih berbobot”-“keadilan dan belas kasihan” (ayat 23). Dan dengan hati yang hancur, Dia menyadari bahwa sebagian besar dari mereka tidak akan berubah (ayat 37).

Dengan penolakan itu tibalah pertanda dua kejadian. Satu adalah kehancuran Bait Allah dan Yerusalem bersamanya (ayat 38). Dan yang kedua adalah kembalinya Dia sendiri dalam awan-awan surgawi (ayat 39).

Tuhan, kami sudah disadarkan oleh kata-kata yang kuat dari Yesus terhadap gagasan-gagasan palsu mengenai agama. Tetapi kami sudah diberikan harapan oleh roh kasih di dalam mana Dia berbicara. Bantulah kami memiliki agama yang sejati dan roh yang sesuai.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan