MEMPERKENALKAN KEDATANGAN KEDUA KALI

“Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.’ Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: ‘Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?’” (Matius 24:1-3).

Matius 24:1 menceritakan Yesus meninggalkan Bait Allah untuk yang terakhir. Murid-murid-Nya mendengarkan Dia mengucapkan “ditinggalkan dan tempat yang tandus” (Mat. 23:38), Tampaknya Bait Suci itu baik-baik saja bagi mereka.

Dan tampaknya bangunan yang sangat baik, Josefus, pada abad pertama, menulis bahwa permukaan luar Bait Allah itu “dilapisi keseluruhannya dengan pelat-pelat emas yang berat sekali, dan, di waktu matahari mulai terbit, memantulkan kecermelangan, dan membuat mereka yang memaksakan diri untuk memandang kepada keindahan itu memalingkan mata mereka ke arah lain, sebagaimana mereka lakukan pada terpaan sinar mentari.” Di kejauhan, dia melanjutkan, Bait Allah tampak “seperti sebuah gunung tertutup salju; karena, bagian-bagiannya yang tidak dilapisi emas, berwarna sangat putih”

(Wars 5.5.6).

Bait Allah bukan saja anggun, tetapi juga kokoh kuat. Josefus, di suatu tempat, menjelaskan bahwa beberapa batu-batunya berukuran 26 kubit (satu kubit adalah 18-20 inci=50 cm), tinggi 8 kubit, dan kira-kira lebar 12 kubit (Antiquities 15.11.3). Di tempat lain dia memberitahu kita bahwa batu-batu lain berukuran panjang sampai 45 kubit (57-75 kaki=30 cm) (Wars 5.5.6). Dengan fakta-fakta seperti itu, tidaklah mengherankan bahwa para murid terpukul sekali ketika Yesus memberitahu mereka bahwa Bait Allah yang kokoh kuat itu, salah satu keajaiban arsitektur dunia purba, akan hancur secara total, tanpa ada satu batu pun yang bettindih di atas batu lain.

Bagi para pengikut-Nya, kejadian seperti itu menandai kiamat dunia. Bait Allah adalah fokus keberadaan mereka di dunia. Dan mereka tidak dapat mem-K bayangkan satu dunia tanpa Bait Allah yang agung di Yerusalem. Para murid, ingin agar mendapat keterangan jelas, kemudian mengajukan tiga pertanyaan

kepada Yesus: (1) Kapankah Bait Allah itu akan dihancurkan? (2) Bagaimanakah tanda kedatangan kembali-Nya? (3) Bagaimanakah tanda akhir zaman?

Yesus tidak mencoba memperbaiki pengertian salah mereka tentang urutan kejadian-kejadian itu. Sesungguhnya, jawaban-“Nya memadukan kedua kejadian dan tanda-tandanya hingga sedemikian rupa sehingga boleh dikatakan mustahil untuk meluruskan keduanya.

Dengan Matius 24 dan pengajaran tentang kedatangan Yesus kedua kali,

kita tiba pada tanda genting dari kisah Injil. Kita perlu membuka mata dan telinga kita sembari kita mengadakan perjalanan melalui Matius 24 dan 25.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan